REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon presiden (capres) nomor urut 2, Prabowo Subianto menyebut, kemenangannya dalam Pilpres 2024 sudah semakin dekat. Karena itu, dia meminta seluruh pendukung untuk datang mencoblos ke TPS dan jangan terprovokasi jelang pencoblosan.
"Kemenangan di hadapan kita. Kita tidak boleh lengah. Kita tidak boleh sombong. Kita rendah hati. Kita sopan santun. Jangan mau diprovokasi, jangan curang, jangan menyakiti orang lain. Kita berbuat baik. Kita berbuat baik," ujar Prabowo.
Prabowo lantas menyebut bahwa dirinya dan Gibran akan melanjutkan estafet kepemimpinan dari Presiden Jokowi. Dia pun memastikan bahwa Prabowo-Gibran akan mengabdi untuk seluruh rakyat Indonesia.
"Kami akan menjadi presiden-wakil presiden untuk seluruh rakyat Indonesia, termasuk yang memilih 01, termasuk yang memilih 03. Kami akan membela seluruh rakyat Indonesia," kata Ketua Umum Partai Gerindra itu.
Sebutan 01 merujuk pada pasangan capres-cawapres nomor urut 1, Anies-Muhaimin. Adapun 02 merujuk ke pasangan capres-cawapres nomor urut 3, Ganjar-Mahfud.
Prabowo juga sempat berbicara program saat berpidato di hadapan pendukungnya, yang dia klaim berjumlah 600 ribu orang di GBK. Prabowo menegaskan, dirinya dan Gibran akan melaksanakan program makan siang gratis untuk anak-anak.
Menurut Prabowo, mereka yang tidak setuju terhadap program tersebut berarti orang yang "kebangetan". "Yang mengatakan makan untuk anak-anak kita tidak penting, menurut saya bukan orang yang waras, bukan orang yang cinta Tanah Air," ujarnya.
Bahkan, Prabowo menyebut kursi menteri di kabinetnya kelak tak boleh diisi oleh orang yang tak setuju program makan siang gratis. "Saya katakan nanti, siapa yang mau masuk kabinet, siapa yang jadi menteri saya, harus setuju anak-anak diberi makan siang," ujarnya.
"Kalau kau tidak setuju, ndak usah gabung di kabinet Prabowo Subianto," kata sosok yang sedang menjabat sebagai Menteri Pertahanan kabinet Presiden Jokowi itu.
Program makan siang dan susu gratis yang diusung Prabowo-Gibran diketahui ditargetkan untuk 82,9 juta orang yang terdiri atas siswa, santri, dan ibu hamil di seluruh Indonesia. Program untuk mengentaskan masalah stunting dan kemiskinan itu akan disebut-sebut membutuhkan biaya 34 miliar dolar AS atau sekitar Rp 530 triliun per tahun.