Ahad 11 Feb 2024 21:27 WIB

Peradangan Kini Bisa Membunuh Sel Kanker secara Alami

Peradangan bisa menjadi kekuatan yang bisa dikendalikan dan dimanfaatkan untuk kebaikan.

Rep: Ilham Tirta/ Red: Partner
.
Foto: network /Ilham Tirta
.

Ilmuwan memanipulasi makrofag dari peradangan untuk membunuh sel kanker. Gambar: Republika.co.id
Ilmuwan memanipulasi makrofag dari peradangan untuk membunuh sel kanker. Gambar: Republika.co.id

DIAGNOSA -- Peradangan atau inflamasi sebenarnya baik untuk melawan penyakit dan menyembuhkan luka. Namun, inflamasi terkadang tidak cukup kuat sehingga bisa berubah berbahaya bagi tubuh. Kabar baiknya, pada beberapa penyakit kronis, para ilmuwan sedang mengembangkan terapi yang merangsang manfaat peradangan.

Pada kanker misalnya, makrofag (sel penting dalam sistem imun) bermigrasi ke tumor dan menyerangnya, namun sel kanker bisa membajak proses tersebut. Sel kanker melepaskan bahan kimia yang menyebabkan makrofag beralih dari tipe M1 yang pro-inflamasi, ke tipe M2 regeneratif. Tipe M2 ini yang menekan peradangan dan mendorong pertumbuhan tumor.

Berbekal pengetahuan tersebut, Dr Yara Abdou, asisten profesor onkologi di Universitas North Carolina dan rekan-rekannya mencoba memanipulasi makrofag menggunakan virus. Mereka ingin membuat makrofag pada pasien kanker lebih mampu mengenali dan menyerang sel tumor, yang pada dasarnya bertindak seperti makrofag M1.

Pada tahun 2022, hasil awal dari uji klinis Fase I terhadap 18 pasien dengan berbagai jenis kanker padat, termasuk kanker payudara, ovarium, dan esofagus, menunjukkan bahwa pengobatan dengan makrofag yang diprogram ulang, yang disebut CT-0508, aman dan menjanjikan.

“Kami juga dapat melihat bahwa CT-0508 mampu mengobarkan lingkungan mikro tumor. Makrofag ini juga merekrut dan mengaktifkan sel kekebalan lain yang bertugas menghancurkan kanker," kata Abdou kepada Live Science.

Abdou mengatakan, data lebih banyak dari uji coba tersebut akan dilaporkan pada tahun 2024 ini. Berdasarkan hasil yang menggembirakan tersebut, timnya juga berencana menguji versi alternatif dari terapi, CT-0525, dalam uji klinis Fase I pada tahun 2024. CT-0525 menggunakan monosit yang diprogram ulang dan bukan makrofag.

Langkah Selanjutnya

Dengan uji klinis Tahap II, Direktur Pusat Pengobatan Regeneratif dan Institut Regenerasi dan Perbaikan di Universitas Edinburgh Inggris, Stuart Forbes dan rekan-rekannya ingin menguji versi lanjutan dari terapi makrofag. Pengujian dilakukan pada pasien yang dirawat di rumah sakit karena sirosis.

“Saat ini transplantasi hati dengan perawatan seumur hidup adalah satu-satunya pilihan bagi pasien dengan sirosis hati stadium lanjut,” kata Forbes. Karena itu, terapi makrofag dapat memberikan pilihan baru untuk pasien sirosis yang banyak dan terus bertambah tersebut.

Pada tingkat sel, Profesor reumatologi translasi di Universitas Oxford, Dr Chris Buckley ingin mempelajari lebih lanjut tentang apa yang mendorong fibroblas ke kondisi peradangan dan merusak tulang rawan. Fibroblas adalah sel pembentuk jaringan ikat yang menyebabkan radang sendi.


Ilustrasi makrofag, sel inflamasi atau peradangan yang melahap penyerang tubuh. Para ilmuwan telah menemukan bahwa makrofag ada dalam dua bentuk: tipe inflamasi yang merusak, yang disebut M1, dan tipe kedua, M2 yang mendorong regenerasi jaringan. Gambar: urfin/Shutterstock via Live Science
Ilustrasi makrofag, sel inflamasi atau peradangan yang melahap penyerang tubuh. Para ilmuwan telah menemukan bahwa makrofag ada dalam dua bentuk: tipe inflamasi yang merusak, yang disebut M1, dan tipe kedua, M2 yang mendorong regenerasi jaringan. Gambar: urfin/Shutterstock via Live Science

Buckley ingin mencari tahu apakah fibroblas dan inflamasi berkembang dari sel prekursor yang sama dan menentukan faktor apa yang mengatur proses tersebut. "Mengetahui lebih banyak tentang fibroblas ini baik dalam kesehatan maupun penyakit, dapat membuka potensi terapeutiknya dalam perbaikan jaringan," tulis Buckley dan rekannya dalam artikel ulasan tahun 2021.

Menurut dia, terapi kanker yang sedang dikembangkan Abdou dan timnya masih meninggalkan banyak pertanyaan. Misalnya, tim perlu menyesuaikan dosis tepat kepada pasien dan menilai jenis kanker mana yang lebih efektif dilawannya.

Namun, Abdou dan timnya berharap bisa melanjutkan ke tahap pengujian berikutnya, uji klinis Fase II. Jika itu berhasil, mereka akan langsung memberikannya pada pasien.

Pada akhirnya, apa yang dilakukan Abdou dan peneliti lainnya adalah mengubah cara kita memandang peradangan. Ia bukan semata-mata sebagai kelemahan yang harus diperbaiki, namun merupakan kekuatan luar biasa yang bisa dikendalikan dan dimanfaatkan untuk kebaikan. Sumber: Live Science

sumber : https://diagnosa.id/posts/286954/peradangan-kini-bisa-membunuh-sel-kanker-secara-alami
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement