REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Gedung Putih pada Ahad (11/2/2024) mengecam keras janji mantan presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk tidak melindungi negara-negara sekutu NATO dari kemungkinan serangan secara cuma-cuma jika ia terpilih kembali menjadi presiden.
Gedung Putih menyebut sikap Trump itu mengerikan dan tidak dapat diterima.
Sebelumnya pada Sabtu (10/2/2024), Trump kepada pendukungnya dalam kampanye di South Carolina menyatakan pada masa kepresidenannya, pemimpin suatu negara anggota NATO yang tidak disebutkan namanya telah bertanya kepadanya apakah Amerika Serikat akan mendukung aliansi tersebut jika ada kemungkinan serangan Rusia.
Trump menanggapi dengan jawaban negatif serta mengatakan negara-negara NATO tidak cukup berinvestasi di bidang pertahanan. Trump juga berkeras mendorong Rusia melakukan apa pun yang mereka inginkan dan menambahkan negara-negara anggota NATO harus menanggung akibatnya.
"Berkat kepemimpinan Presiden (Joe) Biden yang berpengalaman, NATO sekarang menjadi yang terbesar dan paling vital yang pernah ada. Mendorong invasi terhadap sekutu dekat kita oleh rezim pembunuh adalah hal yang mengerikan dan tidak dapat diterima," kata juru bicara Gedung Putih Andrew Bates seperti dikutip media The Hill.
Hal itu juga dinilai membahayakan keamanan nasional Amerika, stabilitas global, dan perekonomian di dalam negeri AS.
Pada Januari, Direktur Badan Intelijen Luar Negeri Rusia Sergei Naryshkin mengatakan laporan tentang dugaan rencana Rusia untuk menyerang NATO adalah bagian dari perang informasi yang bertujuan membenarkan agresi Barat terhadap Moskow.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov juga terus-menerus dalam berbagai kesempatan mengatakan Moskow tidak memiliki keinginan atau keperluan untuk menyerang pihak mana pun, demikian dilansir Sputnik.