Senin 12 Feb 2024 03:11 WIB

Jaga Daya Beli Petani, Pemerintah Hati-Hati Impor Beras

Ia menegaskan, bahwa kebijakan importasi adalah pilihan terakhir.

Warga memanggul beras yang dibeli pada operasi pasar murah di Banyuwangi, Jawa Timur, Ahad (11/2/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
Warga memanggul beras yang dibeli pada operasi pasar murah di Banyuwangi, Jawa Timur, Ahad (11/2/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menyampaikan pemerintah terus menyeimbangkan ketersediaan beras nasional dengan Nilai Tukar Petani (NTP) tanaman pangan.

“Memang kita perlu beras lebih banyak saat ini dan pemerintah menyeimbangkan kekurangan karena tidak dapat tanam akibat El Nino dengan importasi,” ujar Arief di Jakarta, Ahad (11/2/2024).

Baca Juga

Arief menyebut saat ini diperlukan pasokan beras yang cukup agar neraca ketersediaan dan kebutuhan beras tetap terjaga di tengah kekurangan akibat fenomena El Nino.

“Januari dan Februari 2024 ini kita kekurangan 2,4 juta ton beras (produksi versus konsumsi),” ungkap Arief.

Ia menegaskan, bahwa kebijakan importasi adalah pilihan terakhir agar ketersediaan beras tetap terjaga. “Walaupun sangat pahit, importasi saat ini harus dijalankan. Mungkin tidak populer saya sampaikan, tetapi harus dikerjakan untuk pemenuhan kebutuhan saat ini,” ujar Arief.

Ia memastikan bahwa importasi yang dilakukan sangat terukur sesuai dengan kebutuhan, sehingga tidak akan mengganggu stabilitas harga di tingkat petani.

“Salah satu indikasinya bisa dilihat dari Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) saat ini adalah yang tertinggi senilai 116,16 persen. Ini yang membuat petani kita semangat untuk menanam.” ujar Arief.

Dalam kesempatan ini, Ia menyebut kenaikan harga beras saat ini bukan terpengaruh oleh periode pencoblosan Pemilihan Umum (Pemilu) ataupun periode libur panjang peringatan Isra Miraj dan Hari Raya Imlek 2575 Kongzili.

“Bukan pengaruh pencoblosan. Kita sedang penuhi market,” jelas Arief.

Untuk menyambut panen raya yang diprediksi pada Maret 2024, pihaknya bersama Kementerian Pertanian (Kementan) dan semua pihak terkait akan berkoordinasi mempersiapkan penyerapan yang optimal, untuk mencegah jatuhnya harga di tingkat petani.

Selain itu, pada saat yang sama pengisian Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) dari produksi dalam negeri dapat terpenuhi dengan baik.

“Saat ini kita tengah mempersiapkan CPP jauh-jauh hari sebelumnya, sehingga pada saat diperlukan CPP tersebut dapat dimanfaatkan untuk intervensi antara lain penyaluran bantuan pangan, operasi pasar, dan keadaan darurat,” ujar Arief.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement