REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada awal pekan dibuka menguat karena sentimen risk-off terkait pemilihan umum (pemilu) presiden dan wakil presiden RI sudah mulai mereda.
Pada awal perdagangan Senin (12/2/2024) pagi, rupiah dibuka naik 19 poin atau 0,12 persen menjadi Rp 15.616 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp 15.635 per dolar AS.
"Sentimen risk-off terkait pemilu sudah mulai mereda, dan pasar sudah mulai memperhitungkan potensi dampaknya," kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede dilansir ANTARA di Jakarta, Senin (12/2/2024).
Risk-off adalah kondisi di mana investor lebih cenderung untuk menghindari risiko.
Josua mengatakan, pelaku pasar menunggu dan mencermati proses pemilihan presiden dan wakil presiden dalam penyelenggaraan pemilu pada 14 Februari 2024.
Per 6 Februari 2024, kepemilikan asing pada obligasi Pemerintah Indonesia berjumlah Rp 842,3 triliun, dengan net inflow bulanan sebesar Rp 0,4 triliun dan net inflow year-to-date sebesar Rp0,2 triliun. Jumlah itu mewakili 14,7 persen dari total outstanding.
Dari sisi eksternal, penguatan rupiah didorong oleh melemahnya indeks dolar AS menuju level 104. Indeks dolar AS berbalik arah dan terus menurun secara konsisten selama tiga bulan terakhir, dipengaruhi oleh penyesuaian investor terhadap pandangan mengenai arah kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed.
Beberapa pejabat The Fed kembali menegaskan bahwa suku bunga kebijakan AS atau Fed Funds Rate (FFR) telah mencapai level puncaknya, dan terdapat ruang untuk penurunan suku bunga pada tahun 2024, meski The Fed tidak akan terburu-buru menurunkan FFR.
Josua memperkirakan rupiah berpotensi bergerak pada kisaran Rp15.575 per dolar AS sampai dengan Rp 15.700 per dolar AS.