Senin 12 Feb 2024 12:45 WIB

Respons Film Dirty Vote, Gibran: Kalau Ada Kecurangan, Silakan Nanti Dibuktikan

Gibran menyebut di negara demokrasi setiap orang berhak memberikan pendapat.

Rep: Muhammad Noor Alfian/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Cawapres nomor urut dua Gibran Rakabuming Raka merespons terkait film 'Dirty Vote' yang baru tayang di kanal YouTube Indonesia Baru, Ahad (11/2/2024) kemarin.
Foto: Republika/Alfian choir
Cawapres nomor urut dua Gibran Rakabuming Raka merespons terkait film 'Dirty Vote' yang baru tayang di kanal YouTube Indonesia Baru, Ahad (11/2/2024) kemarin.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Cawapres nomor urut dua Gibran Rakabuming Raka merespons terkait film 'Dirty Vote' yang baru tayang di kanal YouTube Indonesia Baru, Ahad (11/2/2024) kemarin. 

Hingga berita ini ditulis, film berdurasi 1 jam 57 menit 22 detik itu telah ditonton sebanyak 3.147.930 kali. Film tersebut sudah disukai oleh 241 ribu lebih penonton.

Disinggung soal film tersebut, Gibran mengaku belum menonton. "Belum Ya saya belum nonton, Makasih ya untuk masukannya," katanya. 

Disinggung soal adanya dugaan mengarah kecurangan Paslon 02, Gibran hanya memberikan respon santai. Ia mengatakan jika ada kecurangan silakan dibuktikan dan dilaporkan. 

"Kalau ada kecurangan silakan nanti dibuktikan dilaporkan njeh," katanya. 

Ditanya apakah film tersebut merugikan pihaknya, Gibran mengaku biasa saja. "Saya belum nonton, biasa aja," katanya. 

Sebelumnya, Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Habiburokhman, menyebut sebagian besar narasi yang ada pada film 'Dirty Vote' bernada fitnah dan kebencian yang sangat asumtif dan tidak ilmiah. Dia mempertanyakan kapasitas para tokoh yang terlibat dalam film tersebut dan menilai ada upaya mendegradasi pemilu lewat film itu.

"Di negara demokrasi semua orang memang bebas menyampaikan pendapat. Namun perlu kami sampaikan sebagian besar yang disampaikan dalam film tersebut adalah sesuatu yang bernada fitnah, narasi kebencian yang sangat asumtif dan sangat tidak ilmiah," ucap Habiburokhman dalam konferensi pers di Media Center TKN, Jakarta, Ahad (11/2/2024).

Dia merasa, ada tendensi untuk mendegradasi pemilu kali ini dengan narasi-narasi yang tidak berdasar lewat film yang baru keluar pada siang hari ini tersebut. Sebab itu, dia memertanyakan kapasitas para tokoh yang ada di dalam film itu, yakni Bivitri Susanti, Zainal Arifin Mochtar, dan Feri Amsari. Ketiganya selama ini dikenal sebagai pakar hukum tata negara.

Dia mengaku sudah menonton film berdurasi kurang lebih dua jam itu, bukan hanya melihat cuplikannya saja. Menurutnya, nama Presiden Joko Widodo merupakan tokoh yang paling sering disebut dalam film yang berupaya mengungkap kecurangan dalam Pemilu 2024 tersebut. Dia menilai apa yang dikatakan para pakar dalam film itu berseberangan dengan pandangan masyarakat umum.

"Rakyat pasti sangat paham, tokoh yang paling sering disebut dalam film itu sangat berkomitmen dalam menegakkan demokrasi. Rakyat juga tahu, pihak mana yang sebenarnya melakukan kecurangan dan pihak mana yang mendapatkan dukungan sebagai besar rakyat dengan program yang rekam jejak yang jelas berpihak kepada rakyat," tutur dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement