Senin 12 Feb 2024 18:47 WIB

Ternyata Ini Penyebab Beras Langka di Pasar Ritel Modern

Peritel kesulitan mendapatkan suplai beras medium SPHP Bulog maupun beras premium.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Ahmad Fikri Noor
Warga antre membeli beras saat kegiatan Gerakan Pangan Murah di Kantor Dinas Pertanian dan Pangan, Kudus, Jawa Tengah, Jumat (2/2/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho
Warga antre membeli beras saat kegiatan Gerakan Pangan Murah di Kantor Dinas Pertanian dan Pangan, Kudus, Jawa Tengah, Jumat (2/2/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N Mandey mengakui adanya kelangkaan beras di gerai ritel modern di sejumlah daerah. Kondisi ini, kata Roy, karena peritel mulai kesulitan mendapatkan suplai beras medium SPHP Bulog maupun beras premium lokal.

Roy menambahkan, kondisi ini ditambah dengan melonjaknya harga beras dari produsen yang membuat peritel enggan memasok dan menjual rugi. Hal ini mengacu aturan tidak boleh menjual barang di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).

Baca Juga

"Beberapa peritel yang kenyataannya kosong memang karena tidak tersuplai dengan lancar yang SPHP. Kemudian yang komersial harganya naik dan di ritel kalau harganya naik kan kita tidak mungkin jual rugi," ujar Roy saat ditemui di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Senin (12/2/2024).

Oleh karena itu, Aprindo berharap pemerintah dapat menengahi agar harga jual beras di produsen tidak terlalu tinggi. "Jadi kita berharap pemerintah ada sebagai wasit di tengah untuk bisa atur produsen supaya jangan terlalu tinggi harganya sehingga kita jual rugi," ujarnya.

Ia menyampaikan, kondisi ini juga yang membuat peritel tidak memasok beras komersial, selain karena keterbatasan suplai di pasaran.

"Beberapa peritel kemarin yang tidak bisa buka PO ke beras komersial karena harganya tinggi semua. Itu yang membuat kita jual rugi nantinya," ujarnya.

Sementara itu, terdapat ketentuan ritel untuk menjual beras mengacu harga HET. Hal ini juga sebelumnya yang diharapkan Aprindo agar ada relaksasi HET menyikapi kondisi saat ini untuk jangka waktu tertentu.

"Oleh karenanya rilisnya kita kemarin itu (minta) direlaksasikan sampai periode tertentu kalau memang tidak ada titik temu. Itu yang membuat beras langka, kalau jalankan HET kan jual rugi. Komersialnya Rp 16 ribu (per kg), misalnya jualnya Rp 15.500 kan jual rugi. Itu bagi peritel tidak bisa masuk di dalam stoknya kalau jual rugi," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement