Senin 12 Feb 2024 23:50 WIB

Pertama Kali, Kemenag Fasilitasi Penuh Perayaan Imlek 2024

Perayaan Imlek ini merupakan wujud kepedulian negara terhadap umat Khonghucu.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah
Suasana perayaan malam Imlek di Wihara Amurva Bhumi (Hok Tek Tjeng Sin), Karet Semanggi, Jakarta, Jumat (9/2/2024). Seluruh warga Tionghoa merayakan Tahun Baru Imlek 2575/2024 pada Sabtu (10/2/2024).
Foto: Republika/Prayogi
Suasana perayaan malam Imlek di Wihara Amurva Bhumi (Hok Tek Tjeng Sin), Karet Semanggi, Jakarta, Jumat (9/2/2024). Seluruh warga Tionghoa merayakan Tahun Baru Imlek 2575/2024 pada Sabtu (10/2/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Untuk pertama kalinya Kementerian Agama (Kemenag) menfasilitasi penuh umat Khonghucu dalam merayakan Hari Raya Tahun Baru Imlek 2575 Kkngzili di Balai Samudera, Jakarta Utara, Senin (12/2/2024). Perayaan Imlek kali ini mengangkat tema "Malu Bila Tidak Tahu Malu, Menjadikan Orang Tidak Menanggung Malu".

Perayaan Hari Raya Imlek ini dihadiri sejumlah tokoh, seperti Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas, Wakil Menteri Agama RI Saiful Rahmat Dasuki, serta Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan didampingi istrinya, Annisa Pohan. Selain itu, turut hadir pula Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Khonghucu (MATAKIN), Budi Santoso Tanuwibowo dan Wakapolri Komjen Pol Agus Andrianto.  

Baca Juga

Dalam sambutannya, Yaqut Cholil Qoumas atau yang akrab dipanggil Gus Yaqut menjelaskan, tahun ini adalah tahun ke-25 perayaan Hari Raya Imlek yang dilaksanakan secara nasional.

"Dan pertama kalinya difasilitasi secara penuh oleh Kementerian Agama, mudah-mudahan di tahun-tahun berikutnya akan begini terus," ujar Gus Yaqut.

Dia mengatakan, hakikat perayaan tahun baru Imlek 2575 Kongzili ini merupakan perayaan yang penuh makna ritual, spiritual, serta sosial dan budaya. Dalam menyambut Tahun Baru Imlek 2575 ini, menurut dia, Kemenag juga telah menggelar beberapa rangkaian kegiatan bersama dengan MATAKIN. Di antaranya adalah kegiatan bakti sosial pada hari persaudaraan, sembahyang syukur pergantian tahun Kongzili, serta kegiatan kemeriahan lainnya.

Menurut dia, perayaan tahun baru Imlek ini merupakan wujud kepedulian negara dan pemerintah terhadap umat Khonghucu dan terjalinnya hubungan yang harmonis antara umat Khonghucu dan umat beragama lainnya di seluruh tanah air yang dilandasi oleh kesadaran untuk saling menghormati.

"Perayaan tahun baru imlek secara nasional merupakan wujud kepedulian negara dan pemerintah terhadap umat Khonghucu dan terjalinnya hubungan yang harmonis di antara sesama warga bangsa," ucap Gus Yaqut.

Perayaan ini mengingatkan Ketua Umum MATAKIN, Budi Santoso Tanuwibowo terhadap Imlek yang dirayakan pertama kalinya di Balai Samudera. Saat itu, menurut dia, perayaan Imlek dihadiri oleh presiden RI keempat, KH Abdurrahman Wahid yang juga dikenal sebagai "Bapak Tionghoa Indonesia".

"Tepat ketika saya berdiri di sini saya membayangkan keadaan 24 tahun lalu, tepatnya 17 Februari 2000 ketika perayaan Imlek yang pertama kali dirayakan secara nasional dan waktu itu dihadiri oleh presiden RI KH Abdurrahman Wahid, Bu Mega, Ketua MPR Amien Rais, Ketua DPR dan lain-lain," kata Budi.

Dia pun mengapresiasi Gus Yaqut yang selama ini banyak memperjuangkan agama Khonghucu di Indonesia. Menurut Budi, perayaan Imlek sangat penting karena melintasi sekat budaya, sekat etisitas, bahkan suku maupun bangsa itu sendiri.

"Ini yang harus menjadi momen kebersamaan seperti halnya kita merayakan Idul Fitri, Natal, Nyepi, Waisak, Satu Suro. Itu lah momen-momen yang harus terus digelar dengan megah sebagai wujud persatuan bangsa," jelas Budi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement