REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memastikan pemerintah telah berhasil menahan gejolak harga pangan dunia. Salah satu indikatornya terlihat dari rata-rata inflasi nasional yang hanya sebesar 2,6 persen atau jauh di bawah negara-negara lain yang mencapai 10 persen.
"Cuman kalau tadi, harga beras turun-naik itu dinamika pasar, hari ini semua negara perlu beras, India juga mulai," ujar Erick saat meninjau pasokan beras di Ramayana Klender, Jakarta Timur, Senin (12/2/2024).
Erick menjelaskan, pertumbuhan populasi penduduk dunia akan berkorelasi dengan peningkatan kebutuhan makanan. Hal ini menjadi salah satu tantangan tersendiri bagi pemerintah di samping siklus musim tanam dan musim panen yang terjadi.
"Ini yang kemarin kita coba, pemerintah menjaga, tapi terkendali inflasi 2,6 persen, pertumbuhan ekonomi masih 5,05 persen, rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia itu 5,03 persen, jadi kita di atas rata-rata, ini berkah, alhamdulillah," ucap Erick.
Erick menyampaikan, pemerintah sudah berada pada jalur yang tepat dalam menjaga pertumbuhan ekonomi maupun inflasi. Erick menyebut pemerintah telah membuat kebijakan yang baik, namun tentu tidak sempurna karena produktivitas pangan tergantung pada banyak aspek, mulai dari kondisi luas lahan, bibit, hingga faktor alam.
"Tetapi kebijakan ini juga petani hari ini HET ini cukup bagus dan bahagia. Nah ini kan kayak ayam sama telur, petaninya senang tapi harga pasaran naik, harga pasaran turun petaninya terinjak, ini ekuilibirium saja yang kita mainkan, supaya semuanya bisa mendapat kesempatan untuk lebih sejahtera," lanjut Erick.
Erick menegaskan, pemerintah akan berjuang sekuat tenaga dalam memastikan harga pangan yang terjangkau. Erick mengatakan pemerintah juga menetapkan agar mekanisme impor tidak merugikan petani.
"Secara bersamaan, harga pasaran masih baik dilihat dari harga inflasi rata-rata, kadang-kadang (harga) yang naik ditulis, (harga) yang turun tidak, coba pangan turun pada lupa. Itu bukan hal yang tidak kita antisipasi, karena itu kita tadi melakukan intervensi 250 ribu ton kita gelontorkan," kata Erick.