LEISURIAN.ID, JAKARTA -- Film animasi Aladdin merupakan kesuksesan besar bagi Disney 2. Film tersebut dirilis ke publik pada November 1992 dan kala itu menjadi salah satu tonggak keberhasilan Disney. Sayangnya, dikutip dari laman Screen Rant pada Selasa (13/2/2024), kesuksesan tersebut agak ternoda sekarang atau lebih tepatnya 31 tahun setelah film animasi itu dirilis.
Film Aladdin dinilai memiliki banyak aspek bermasalah dan telah mengubah cara pandang penonton terhadapnya 31 tahun kemudian. Apa saja itu? Berikut ini penjelasanya:
1. Aladdin memiliki penggambaran karakter jahat yang ofensif
Ada begitu banyak penggambaran ofensif di film Aladdin, tapi karakter penjahatnya mungkin yang terburuk. Karakter Aladdin dan Jasmine, tokoh utama dalam film tersebut, digambarkan sebagai sosok yang menarik. Sementara itu, para pedagang kaki lima yang rakus diberi aksen Arab serta kental dan fitur wajah yang tidak menarik.
Hal yang sama berlaku untuk penjahat utama Aladdin, Jafar, yang memiliki warna kulit jauh lebih gelap dibandingkan Aladdin dan Jasmine. Jafar dan sahabatnya Gazeem juga memiliki aksen non-Amerika, tidak seperti Aladdin dan Jasmine.
2. OST Aladdin "Arabian Nights" semula mengandung lirik yang menyinggung
Lirik lagu "Arabian Nights" yang menjadi OST Aladdin yang kita kenal sekarang bukan lirik aslinya. Lirik lagu yang akhirnya digunakan untuk soundtrack adalah sebagai berikut:
"Oh, I come from a land from a faraway place where the caravan camels roam. Where they cut off your ear if they don't like your face. It's barbaric, but hey, it's home".
Yang artinya: "Oh, aku datang dari negeri yang jauh tempat karavan unta berkeliaran. Di mana mereka memotong telingamu jika tidak menyukai wajahmu. Itu sangat kejam, tapi hei, ini rumah".
Liriknya mendapat kritik karena dianggap menjelekkan budaya Timur Tengah, dan menyatakan bahwa warga negara akan dihukum jika dianggap tidak cukup menarik. Pada 1993, Disney mengubah liriknya menjadi:
"Oh, I come from a land, from a faraway place where the caravan camels roam. Where it's flat and immense, and the heat is intense. It's barbaric, but hey, it's home".
Yang artinya: "Oh, saya datang dari suatu negeri, dari tempat yang jauh tempat karavan unta berkeliaran. Tempat yang datar dan luas, dan panasnya sangat menyengat. Ini sangat kejam, tapi hei, ini rumah".
Lirik barunya berfokus pada lanskap, bukan budaya Timur Tengah. Liriknya kemudian diubah lagi agar lebih bisa diterima di film live-action yang tayang pada 2019.
3. Robin Williams dan Disney bertengkar setelah film Aladdin tayang perdana
Robin Williams merupakan salah satu aktor yang paling disegani di Hollywood. Perannya sebagai pengisi suara Genie di film Aladdin adalah penampilan paling terkenal dan berkesan dalam film tersebut. Sayangnya, hubungan Williams dengan Disney berantakan setelahnya Aladdin tayang perdana.
Disney dan Williams mencapai kesepakatan bahwa suaranya tidak akan digunakan untuk berbagai produk Aladdin. Sebagai gantinya, Williams menerima pemotongan gaji. Namun, Disney tidak menepati janjinya dan tetap menggunakan suara Williams. Disney harus menyusun ulang Genie dengan Dan Castellaneta untuk sekuel dan serialnya.
4. Penggambaran Aladdin tentang Timur Tengah tidak akurat
Pembuat film Aladdin diduga tidak melakukan penelitian yang cukup mendalam saat membuat lanskap untuk Aladdin. Film ini dikritik karena menampilkan pandangan Eropa tentang Timur Tengah, bukan gambaran akurat mengenai kawasan tersebut. Perlu diketahui juga bahwa Aladdin tidak secara akurat menggambarkan budaya Timur Tengah atau Afrika Utara, di mana peristiwa dalam film Aladdin terjadi. Disney dinilai menggunakan pengetahuan dasar yang kurang mendidik saat menciptakan dunia Aladdin.
5. Jasmine bukan karakter wanita kuat
Ketika film The Little Mermaid tayang perdana pada 1989, 30 tahun setelah Sleeping Beauty, Disney bekerja keras untuk memperbaiki beberapa kesalahan yang dilakukan studio terhadap putri-putri mereka sebelumnya. Karakter utama di The Little Mermaid, Ariel, jauh lebih berdaya daripada Snow White, Cinderella, dan Aurora. Mereka melanjutkan misi mereka dengan Belle di film Beauty and The Beast, tetapi sayang, Disney sepertinya meleset dari sasaran dengan Jasmine.
Di film Aladdin, Jasmine tidak diperbolehkan memutuskan sendiri apa yang dia inginkan dalam hidupnya dan diperkirakan akan menikah pada usia 16 tahun. Jasmine mengandalkan Aladdin untuk membebaskannya dari istananya, dan satu-satunya cara ayahnya mengizinkan kebebasannya adalah ketika dia menikahi Aladdin di akhir film. Selain itu, Jasmine juga mendapat kritik karena dianggap terlalu "diseksualisasikan". Untungnya, versi live-action-nya memberikan hasil yang jauh lebih baik dari Jasmine, termasuk memberinya lagu yang bagus.