REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Hamas pada Senin (12/2/2024) mengatakan, serangan Israel di kota Rafah, Gaza selatan merupakan lanjutan tindakan "genosida dan pemindahan massal" oleh pasukan negara Zionis tersebut. Lebih dari 100 orang tewas akibat serangan Israel di kota Gaza selatan itu, menurut sumber-sumber Palestina di tengah protes keras internasional atas rencana serangan darat Israel.
Wilayah yang diserang Israel itu berada di Gaza yang berbatasan dengan Mesir, di mana Israel memaksa warga sipil evakuasi, dengan dalih menyebutnya sebagai zona aman. "Serangan itu menegaskan pemerintah Netanyahu mengabaikan keputusan Mahkamah Internasional, yang memerintahkan tindakan mendesak untuk menghentikan tindakan yang mengarah ke genosida," kata pemimpin Hamas Azat al-Rashq di Telegram.
Dia mengatakan, pemerintah Joe Biden, bersama pemerintahan Benjamin Netanyahu, bertanggung jawab penuh atas pembantaian tersebut. Rashq meminta masyarakat internasional untuk segera menghentikan serangan dan kejahatan Israel terhadap warga sipil.
Warga Palestina mengungsi ke Rafah ketika Israel menggempur wilayah kantong lainnya sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Pengeboman tanpa henti telah menewaskan lebih dari 28 ribu orang dan menyebabkan kehancuran massal, pengungsian, dan kekurangan kebutuhan dasar.
Pengadilan PBB, dalam keputusan sementara bulan lalu, memerintahkan tindakan sementara bagi pemerintah Israel untuk menghentikan tindakan genosida, dan mengambil tindakan yang menjamin bahwa bantuan kemanusiaan sampai kepada warga sipil di Gaza