REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS), pada Senin (12/2/2024), menyampaikan keprihatinannya atas penderitaan warga di Jalur Gaza saat Israel melanjutkan serangannya ke wilayah kantong tersebut.
"Kami tentu tidak ingin melihat penderitaan lebih lanjut, penderitaan warga di Gaza," kata juru bicara Pentagon (Departemen Pertahanan AS) Mayor Jenderal Pat Ryder kepada wartawan.
Ryder mengemukakan AS secara aktif berkomunikasi dengan mitra Israel mereka tentang pentingnya mempertimbangkan keselamatan warga sipil dalam rencana dan pelaksanaan operasi mereka. Pernyataannya itu disampaikan ketika tentara Israel berencana meluncurkan serangan darat ke Kota Rafah di Gaza selatan, yang menampung lebih dari 1 juta orang yang mencari perlindungan dari perang, untuk mengalahkan apa yang disebut Tel Aviv sebagai "batalion Hamas" yang tersisa.
Serangan yang direncanakan itu telah memicu kekhawatiran akan terjadinya bencana kemanusiaan. "Ketika menyangkut korban sipil, seperti yang sering Anda dengar dari yang saya katakan, kami tidak ingin melihat korban sipil atau warga sipil tak berdosa tewas, baik mereka warga Palestina atau Israel. Dan itu akan terus menjadi pandangan kami ke depannya," kata Ryder.
Israel menggempur Jalur Gaza sejak serangan lintas batas yang dilakukan kelompok Hamas Palestina, menewaskan sedikitnya 28.340 orang dan melukai 67.984 lainnya, sementara hampir 1.200 warga Israel juga diyakini tewas dalam serangan Hamas.
Serangan Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza mengungsi di tengah kelangkaan akut bahan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur wilayah kantong tersebut mengalami kerusakan atau kehancuran, menurut PBB.