REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjelang tanggal 14 Februari, biasanya pedagang bunga laris-manis. Anak-anak muda kerap menjadikan bunga sebagai hadiah Hari Valentine untuk orang terkasihnya. Bolehkah penjual bunga yang beragama Islam mendagangkan produknya untuk Hari Valentine?
Dalam video berjudul "Bolehkah Menjual Buket Bunga untuk Hadiah Valentine?" di saluran YouTube Al-Bahjah TV, ada seorang penjual buket bunga dan hadiah lainnya yang bertanya bolehkah dia menjualnya kepada pembeli yang dia tahu bahwa pembeli tersebut akan memberikannya sebagai hadiah Valentine atau hadiah hari jadi (anniversary) untuk kekasihnya, padahal pembeli itu merupakan seorang Muslim. Penjual buket bunga itu juga menanyakan apakah itu termasuk tolong-menolong dalam keburukan?
Mengenai hal ini, Pengasuh Lembaga Pengembangan Dakwah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah, KH Yahya Zainul Ma'arif atau akrab disapa Buya Yahya menjawab hukumnya adalah sesuai dengan pengetahuan penjual dan siapa yang akan membeli. Jika penjual tahu betul bahwa bunga tersebut akan digunakan untuk bermaksiat, Buya Yahya mengatakan, maka penjual selagi tahu, dia wajib menghindar.
“Anda enggak boleh menjual kepada orang tersebut karena betul Anda telah menolong dalam kemaksiatan dan hukumnya haram. Untuk mengagungkan syiar orang-orang tidak beriman dari orang beriman,” ujar Buya Yahya dalam video tersebut, seperti yang dikutip oleh Republika.co.id, pada Jumat (9/2/2024).
Dia menjelaskan, kalau penjual menjual sesuatu, misalnya menjual bunga kepada orang Nasrani untuk kebiasaan di rumahnya, untuk dirangkai bunga-bunga dan sebagainya, bahkan untuk hari-hari kesenangan bagi mereka, itu tidak ada masalah. Karena, menurut Buya Yahya, ini bukan mengajari dia melakukan kemaksiatan.
“Tapi kalau seorang anak muda yang ingin melakukan kemaksiatan dengan mukadimah-mukadimah menghadiahkan bunga-bunga untuk orang yang haram, untuk menggodanya, dan sebagainya, Anda kalau tahu yang demikian itu enggak boleh dong Anda menjualnya karena jelas-jelas Anda akan memberikan bantuan kepada orang tersebut. Ini Anda mendapatkan bagian daripada dosa tersebut,” katanya.
BACA JUGA: Apa Itu Penyakit Ain, Tanda Kena, dan Bagaimana Menangkalnya?
Di sisi lain, mengutip buku berjudul “Bercinta karena Allah: Menjalin Hubungan dengan Lawan Jenis” karya Mohammad Asror Yusuf, misalnya, Hari Valentine disebut bermula pada masa Kekaisaran Romawi. Sejumlah sejarawan mengatakan Hari Valentine berasal dari seseorang yang bernama Saint (Santo) Valentine, orang yang dianggap suci oleh kalangan Kristen yang menjadi martir karena menolak untuk meninggalkan agama Kristiani.
Legenda menyebut bahwa Santo Valentine merupakan seorang pendeta yang menentang kaisar. Dia telah menikahkan pemuda dan seorang gadis, padahal saat itu Kaisar Claudius II melarang adanya pernikahan.
Kala itu, para pemuda dilarang menikah karena Roma tengah dalam masa peperangan. Karena hal itulah, dia dihukum mati. Dia meninggal pada 14 Februari 269 M, hari saat dia menyerahkan ucapan cinta.
Legenda lainnya menyebutkan, seperti dikutip dari laman Britannica, menjelang kematiannya Santo Valentine menuliskan catatan kecil berjudul “Love from Your Valentine” kepada putri seorang sipir penjara yang berteman dengannya. Dari kisah itulah, pada 496 M Paus Gelasius memutuskan 14 Februari sebagai tanggal penghormatan untuk Saint Valentine. Perayaan Valentine menjadi tradisi dari kaum Nasrani dan Gereja sejak itu. Akhirnya, tanggal tersebut kemudian kerap diperingati sebagai tanggal saling tukar pesan kasih dan Saint Valentine menjadi patron dari para penabur kasih.