Selasa 13 Feb 2024 17:51 WIB

Harga Gabah Meroket, Petani Kecil Justru tak Bisa Menikmati  

Harga saat ini jauh di atas harga pembelian pemerintah (HPP).

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Ahmad Fikri Noor
Petani membawa padi saat panen (ilustrasi).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Petani membawa padi saat panen (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Harga gabah di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat melambung tinggi. Akan tetapi, kondisi itu tak bisa dinikmati oleh petani kecil.

Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Cirebon, Tasrip Abu Bakar menyebutkan, harga gabah kering panen (GKP) saat ini mencapai Rp 8.500 per kilogram. Sedangkan harga gabah kering giling (GKG), di kisaran Rp 10 ribu per kilogram.

Baca Juga

Harga saat ini jauh di atas harga pembelian pemerintah (HPP). Untuk HPP GKP di tingkat petani, hanya Rp 5.000 per kilogram, HPP GKP di tingkat penggilingan Rp 5.100 per kilogram, HPP GKG di penggilingan Rp 6.200 per kilogram dan HPP GKG di gudang Perum Bulog Rp 6.300 per kilogram.

Meski demikian, Tasrip mengakui, tingginya harga gabah saat ini tidak bisa dinikmati oleh semua petani. Pasalnya, sebagian petani sudah tidak memiliki simpanan gabah, terutama petani gurem atau petani yang lahannya di bawah dua hektare maupun petani penggarap.

"Mereka gabahnya sudah dijual saat baru panen," ujar Tasrip kepada Republika, Selasa (13/2/2024).

Tasrip menjelaskan, saat panen gadu (kemarau) 2023 lalu, sekitar 80 persen hasil panen langsung dijual oleh petani. Sedangkan 20 persennya, disimpan untuk kebutuhan musim tanam rendeng (penghujan) 2023/2024.

"Nah, yang disimpan ini sekarang hanya tinggal lima persen, itu untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga mereka sendiri. Sedangkan sisanya, yang awalnya disimpan, sudah dijual untuk kebutuhan tanam rendeng sekarang," terang Tasrip.

Tasrip mengatakan, kondisi itu memang berbeda untuk petani yang memiliki modal besar atau yang sawahnya di atas lima hektare. Mereka saat ini masih memiliki simpanan gabah.

"Mereka itulah yang kini menikmati tingginya harga gabah (GKG)," tukas Tasrip.

Selain itu, lanjut Tasrip, petani yang juga kini menikmati tingginya harga gabah saat ini adalah petani yang menerapkan indeks pertanaman (IP) 300. Dia menyebutkan, ada sekitar 2 ribu hektare lahan di Kabupaten Cirebon yang menerapkan IP 300 dan saat ini sedang panen.

"Mereka juga menikmati harga gabah (GKP) yang tinggi," tutur Tasrip.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement