REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Prospek penerbitan green bond atau sukuk diharapkan terus positif. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mencatat dalam pipeline-nya, tren green sukuk terus meningkat.
"Kalau 2022 baru Rp 10 triliun dari sektor perbankan. Lalu di 2023 itu sudah menjadi Rp 13,4 triliun tidak hanya perbankan tapi dari sektor lain juga," kata Kepala Divisi Pemeringkatan Jasa Keuangan Pefindo Danan Dito dalam konferensi pers, Selasa (13/2/2024).
Dia menjelaskan, pada tahun ini Pefindo mendapatkan mandat dalam pipeline green sukuk mencapai Rp 42 triliun. Dari total tersebut, Dito menuturkan saat ini sudah ada sekitar Rp 4,4 triliun yang berkaitan dengan green bond atau sukuk.
"Jadi memang tren kenaikan atau pertumbuhan itu masih cukup konsisten dalam tiga tahun terakhir ini kelihatannya memang akan meningkat karena memang pendekatan kepada ESG dan ekonomi hijau memang lebih kuat dari tahun ke tahun," ungkap Dito.
Sementara itu, Analis Pefindo Martin Pandiangan mengungkapkan penerbitan green bond saat ini memang masih belum terlalu banyak. Khususnya jika dibandingkan penerbitan obligasi yang sifatnya konvensional.
Meskipun begitu, Martin menyebut sepanjang 2023 terdapat beberapa perusahaan yang menerbitkan green bond. "Ini kurang lebih Rp 13 triliun dan didominasi oleh sektor perbankan," kata Martin.
Martin memproyeksikan ke depan penerbitan obligasi konvensional masih akan lebih banyak. Hanya saja, Martin mengharapkan penerbitan green sukuk di Indonesia akan terus meningkat ke depan.