Selasa 13 Feb 2024 18:54 WIB

Soal Pemilu, Psikiater: Dukung Sewajarnya Saja, Supaya Kalau Kalah tidak Sakit Jiwa

Menjaga kesehatan jiwa agar tetap baik saat pemilu adalah hal yang perlu diusahakan.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Qommarria Rostanti
Stres (ilustrasi). Masyarakat diajak untuk tetap menjaga kesehatan jiwa selama pemilu agar ketika jagoannya kalah tidak mengalami stres.
Foto: www.pixabay.com
Stres (ilustrasi). Masyarakat diajak untuk tetap menjaga kesehatan jiwa selama pemilu agar ketika jagoannya kalah tidak mengalami stres.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satu hari lagi, masyarakat Indonesia akan mengikuti Pemilu 2024. Ajang politik lima tahunan ini akan memilih calon presiden dan wakil presiden serta calon legislatif. Di balik semaraknya pemilu, ada beberapa hal yang perlu diwapadai, salah satunya masalah kesehatan jiwa.

Berkaca dari pemilu-pemilu sebelumnya, seusai pemilu, terbuka kemungkinan pihak-pihak mengalami stres dan terganggu kesehatan jiwanya. Misalnya, mulai dari calon legislatif (caleg) yang gagal kemudian stres, penyelenggara pemilu seperti PPK, PPS, KPPS yang kelelahan sehingga menurun kesehatan fisik dan jiwanya, hingga tim sukses dan masyarakat yang terlalu fanatik dengan calon tertentu.

Baca Juga

“Tidak jarang juga terjadi konflik dalam keluarga, serta konflik pertemanan baik di dunia maya maupun dunia nyata. Menjaga kesehatan jiwa agar tetap baik selama proses pemilu adalah hal yang perlu diusahakan bersama,” ucap Psikiater Pusat Kesehatan Jiwa Nasional RS Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor, dr Lahargo Kembaren, saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (7/2/2024).

Stres dan masalah kesehatan jiwa sangat mungkin terjadi pada siapa saja setelah Pemilu. Stres bukan sesuatu yang terjadi dengan sendirinya pada seseorang, tetapi itu merupakan respon seseorang terhadap sesuatu yang sedang terjadi, dan respons tersebut adalah sesuatu yang sebenarnya bisa dikurasi.