Selasa 13 Feb 2024 20:43 WIB

Alasan Mengapa Pemimpin Perlu Miliki Ini Menurut Nasihat Prof Quraish Shihab

Ada dua syarat utama seorang pemimpin itu digarisbawahi oleh Nabi Muhammad.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Nabi Muhammad (ilustrasi)
Foto: Republika
Nabi Muhammad (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ulama Tafsir Indonesia, Prof Dr M Quraish Shihab pernah memberi pemaparan tentang sosok pemimpin yang ideal dalam Islam. Dia menukil sebuah hadits Nabi Muhammad SAW tentang hal tersebut.

Diriwayatkan dari Abu Umamah RA, Rasulullah SAW bersabda:

Baca Juga

 ثَلَاثَةٌ لَا تُجَاوِزُ صَلَاتُهُمْ آذَانَهُمْ الْعَبْدُ الْآبِقُ حَتَّى يَرْجِعَ وَامْرَأَةٌ بَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَلَيْهَا سَاخِطٌ وَإِمَامُ قَوْمٍ وَهُمْ لَهُ كَارِهُونَ

"Tiga orang yang shalatnya tidak akan melampaui telinga mereka; seorang budak yang kabur hingga ia kembali, seorang istri yang bermalam sementara suaminya dalam keadaan marah, dan seorang imam bagi suatu kaum sedangkan mereka tidak senang padanya." (HR. Tirmidzi)

Berdasarkan hadits tersebut, Prof Quraish mengatakan, siapa yang menjadi imam dalam sholat atau di luar sholat, tetapi yang dipimpinnya tidak senang padanya, maka sholatnya tidak melampaui keinginannya. Dengan demikian, menurut Prof Quraish, syarat pertama seorang pemimpin itu ialah harus disenangi.

"Ada dua syarat utama seorang pemimpin itu digarisbawahi oleh Nabi. Yang pertama harus disenangi," tuturnya.

Syarat kedua ialah punya kompetensi atau kemampuan berdasarkan bidang yang digelutinya. Dia menyampaikan, jangan menjadikan seseorang mengurus urusan ekonomi padahal dia adalah ahli matematika. "Jadi, memiliki kemampuan dalam bidangnya," ujarnya.

Adapun dalam Alquran, kata Prof Quraish, disebutkan bahwa ada uji kelayakan terlebih dulu sebelum diangkat menjadi pemimpin. Hal inilah yang dialami oleh Nabi Ibrahim AS, yang melewati uji kelayakannya sebelum menjadi pemimpin.

Dalam Alquran, Allah SWT berfirman:

وَجَعَلْنٰهُمْ اَىِٕمَّةً يَّهْدُوْنَ بِاَمْرِنَا وَاَوْحَيْنَآ اِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرٰتِ وَاِقَامَ الصَّلٰوةِ وَاِيْتَاۤءَ الزَّكٰوةِۚ وَكَانُوْا لَنَا عٰبِدِيْنَ ۙ

"Dan Kami menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan Kami wahyukan kepada mereka agar berbuat kebaikan, melaksanakan salat dan menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami mereka menyembah." (QS. Al Anbiya ayat 73)

Prof Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah terhadap ayat tersebut, menjelaskan, seseorang yang menjadi imam haruslah memiliki keistimewaan melebihi para pengikutnya. Tidak hanya memiliki kemampuan menjelaskan petunjuk, tetapi juga kemampuan mengantar para pengikutnya menuju arah yang baik.

Dia juga menyampaikan, seseorang yang menjadi imam atau teladan atau pemimpin, hendaknya memiliki kepribadian yang luhur. "Serta akhlak mulia sesuai tuntunan ilahi," jelasnya.

Prof Quraish menuturkan, kata a-immah adalah bentuk jamak dari kata 'imaam' yang seakar dengan kata 'amaam' yang berarti di depan, dan 'umm' yang berarti ibu. Siapa yang di depan biasanya diikuti atau dirujuk. 'Umm' atau 'ibu' menjadi tempat kembali anak.

"Imam pun demikian. Ia diteladani dalam sikap dan perbuatannya. Nabi SAW bersabda, 'Tidak lain tujuan dari adanya imam, kecuali agar ia diteladani'," jelas Prof Quraish.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement