REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menekankan pentingnya untuk menghilangkan organisasi teroris untuk melaksanakan proyek Peta Jalan Pembangunan dengan Irak.
"Tentu saja, Turki menghormati integritas dan kedaulatan wilayah Irak. Kami mendukung perjuangan Irak melawan terorisme. Apa yang kami harapkan dari saudara-saudara kami di Irak adalah mereka tidak membiarkan tanah negara mereka digunakan sebagai basis aksi teroris melawan negara kita,” kata Presiden Erdogan usai pertemuan pemerintah di Ibu Kota Ankara.
Erdogan menambahkan Turki tidak akan mengizinkan pendirian entitas teroris di perbatasan selatannya dengan cara apa pun. Ia juga menekankan bahwa Menteri Luar Negeri dan Pertahanan Turki serta Kepala Intelijen menyampaikan posisi sensitif negara mereka terkait pemberantasan terorisme ke pihak Irak.
"Kami akan meninggalkan sebuah wilayah yang aman dan stabil dimana perdamaian dapat ditegakkan, dan dimana tidak ada terorisme, bagi anak-anak kami yang berada di luar perbatasan kami,” ucapnya.
Proyek Peta Jalan Pembangunan yang dimaksud adalah proyek pembangunan jalan darat dan kereta api yang membentang dari Irak ke Turki dan pelabuhan-pelabuhannya. Proyek itu dimulai dari pelabuhan Al-Faw di Teluk Basra dan terdiri dari jalan darat dan kereta api sepanjang 1.200 kilometer di Irak yang menghubungkannya dengan jaringan kereta api Turki.
Anggaran investasi untuk proyek berjumlah sekitar 17 miliar dolar AS (Rp265,5 triliun) dan akan selesai dalam tiga tahap. Tahap pertama berakhir pada tahun 2028, tahap kedua pada tahun 2033, dan tahap ketiga pada tahun 2050.
Lebih lanjut, Presiden Turki itu menyatakan bahwa negaranya terletak di wilayah geografis di mana perang dan konflik terus berlanjut tanpa henti, ditambah ketidakpastian perekonomian global akibat ketidakseimbangan yang melanda struktur keamanan global.
"Sejumlah besar negara maju dan berkembang menghadapi ancaman serius yang diwakili oleh ketidakstabilan politik dan ketegangan sosial yang terkait. Terlepas dari semua dampak negatif yang mempengaruhi dunia, Turki bergerak maju dengan tekad penuh untuk mencapai tujuannya,” tutur dia.
Kendati berada di tengah ketidakstabilan politik dan sosial, Erdogan mengumumkan bahwa Turki mencapai musim pariwisata yang luar biasa tahun lalu, dengan pendapatan melebihi 54 miliar dolar AS (Rp843 triliun) meningkat 17 persen dibandingkan tahun 2022, dan pada tahun 2024 Turki menargetkan menerima 60 juta wisatawan dan pendapatan senilai 60 miliar dolar AS (Rp936,7 triliun).
Kemudian untuk ekspor, Turki mencatatkan rekor tertinggi pada Januari dibandingkan bulan yang sama tahun-tahun sebelumnya, yaitu sebesar 20 miliar dolar AS (Rp 312,2 triliun).
Melalui peningkatan kepercayaan investor asing terhadap perekonomian Turki, peningkatan investasi pada lira Turki, dan penurunan indeks risiko Turki, Erdogan yakin bahwa perekonomian negaranya akan menunjukkan kinerja positif terutama pada inflasi.