REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan Israel harus segera mengakui negara merdeka Palestina dan menghentikan perangnya di Gaza. Hal ini disampaikan setelah serangan udara Israel ke Rafah, tempat pengungsian terakhir warga Gaza menewaskan 67 orang.
"Sebelum kawasan dipapar ancaman yang lebih keras, kami harus menghentikan pembantaian di Gaza sekarang," kata Erdogan di Pertemuan Pemerintah Dunia (WGS) di Uni Emirat Arab, seperti dikutip dari Aljazirah, Rabu (14/2/2024).
Ia mengkritik pemukim Israel yang mengambil tanah rakyat Palestina di Tepi Barat. Sementara beberapa pihak dalam pemerintahan garis keras Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyerukan pembangunan pemukiman di wilayah tersebut.
"Sumber krisis saat ini adalah keberlanjutan pemukiman di tanah Palestina. Jika Israel menginginkan perdamaian permanen di wilayah tersebut, visi terkait pemukiman harus dihentikan untuk selamanya. Negara Palestina yang bebas dan merdeka harus diakui dalam batas-batas tahun 1967," katanya.
Ia mengatakan Turki "hidup di tengah lingkar api" di kawasan. Ia juga menyerukan agar negara-negara yang menangguhkan pendanaannya ke lembaga bantuan pengungsi PBB untuk Palestina (UNRWA) kembali menyalurkan dananya.
Beberapa negara menangguhkan donasi ke UNRWA setelah Israel menuduh sejumlah pegawai lembaga PBB itu terlibat dalam serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober lalu.
"Kami berada di tengah-tengah genosida (di Gaza)," kata aktivis dan mantan anggota Komite Organisasi Pembebasan Palestina Hanan Ashrawi.
"Israel sangat bersikeras untuk meningkatkannya, setelah memperlakukan orang-orang Palestina seperti kawanan ternak di mana mereka memindahkan mereka dari satu tempat ke tempat lain untuk melakukan rekayasa demografi sekarang mereka menghancurkan tempat perlindungan terakhir yang mereka miliki," katanya.
"Semua orang tahu tidak ada batasan untuk kebobrokan Israel, untuk kehausan darah Israel, untuk penggunaan pembantaian untuk mencapai tujuan yang tidak kita ketahui, karena mereka tidak tahu apa tujuannya. Mereka tidak dapat menghancurkan Hama jadi dengan cara tertentu, ini adalah sebuah kesengajaan untuk menimbulkan rasa sakit, kematian dan kehancuran tanpa pertanggungjawaban," tambannya..
"Tujuan utamanya adalah untuk menghancurkan bukan hanya warga Palestina di Gaza, tetapi juga seluruh Palestina," pungkasnya.