Rabu 14 Feb 2024 23:14 WIB

Soal Teknologi Penyimpanan Karbon, Ini Kata Ahli

Teknologi penyimpanan karbon (CCS) dinilai bukan jadi solusi transisi energi.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) bukan solusi untuk transisi energi.
Foto: www.freepik.com
Teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) bukan solusi untuk transisi energi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) bukan solusi untuk transisi energi, menurut Andrew Forrest selaku ketua eksekutif Fortescue Metals. Karena itu, Forrest mendesak agar para pemimpin politik perlu memberikan komitmen yang nyata dan tidak mengada-ada untuk mendorong investasi.

Fortescue adalah perusahaan pertambangan logam dan energi ramah lingkungan global yang berkantor pusat di Australia.

Baca Juga

Berbicara pada pertemuan Badan Energi Internasional, Forrest mengatakan bahwa komunitas investor membutuhkan kesetaraan dan jawaban yang jujur dari para pemimpin global mengenai penghapusan bahan bakar fosil secara bertahap agar dapat berinvestasi.

"Ada pertanyaan sederhana dari para pemimpin bisnis, kapan kita berhenti membakar bahan bakar fosil? Jika Anda ingin menggerakkan modal, kita harus memiliki disinsentif yang jelas dan nyata untuk hal-hal yang merugikan dan insentif yang jelas untuk hal-hal yang menguntungkan,” kata Forrest seperti dilansir Reuters, Rabu (14/2/2024).

Beberapa negara termasuk Amerika Serikat telah meluncurkan subsidi publik untuk proyek-proyek penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) sebagai bagian dari insentif untuk mendorong transisi energi hijau.

Teknologi CCS menangkap emisi karbon dioksida, sering kali dari sumber seperti cerobong asap pabrik, untuk mencegah emisi tersebut dilepaskan ke atmosfer. CO2 yang ditangkap kemudian dapat disimpan secara permanen di bawah tanah, atau digunakan kembali dalam proses industri yang menggunakan CO2.

Pertumbuhan permintaan minyak tidak akan mencapai puncaknya hingga akhir dekade ini, dan Forrest mengatakan bahwa penangkapan karbon bukanlah solusi yang tepat.

"Kita akan terus membakar bahan bakar fosil dan entah bagaimana bisa membuang karbon ke dalam tanah, tidak ada buktinya. Tetapi banyak bukti bahwa hal tersebut gagal," kata Forrest dalam konferensi di Paris.

"Saya katakan kepada para pembuat kebijakan di mana pun, jangan menjadi orang bodoh yang menunggu kebohongan lama diulang dan mengatakan bahwa Anda percaya pada penyerapan karbon. Hal ini telah gagal selama 75 tahun. Ini benar-benar kebohongan total,” tambah dia.

Fortescue Australia adalah produsen bijih besi utama, yang digunakan dalam pembuatan baja dan mengumumkan proyek baru tahun lalu untuk memproduksi baja ramah lingkungan dalam skala komersial. Pembuatan besi dan baja menyumbang sebagian besar emisi industri berat global, dan perdagangannya telah menjadi sumber perselisihan antara Amerika Serikat dan Uni Eropa, yang sejauh ini gagal menegosiasikan kesepakatan perdagangan "baja hijau".

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement