REPUBLIKA.CO.ID, VATIKAN -- Pemerintah Israel memprotes Vatikan karena menggambarkan dan mendefinisikan situasi di Jalur Gaza sebagai pembantaian. Tel Aviv menilai penggambaran Vatikan sebagai kesimpulan keliru.
“Itu adalah pernyataan yang patut disesali. Menilai legitimasi perang tanpa mempertimbangkan semua keadaan dan data yang relevan pasti mengarah pada kesimpulan yang salah,” kata Kedutaan Besar Israel untuk Vatikan, Rabu (14/2/2024).
Pada Selasa (13/2/2024), Kardinal Menteri Luar Negeri Vatikan Pietro Parolin mengomentari jumlah korban jiwa di Gaza yang telah menembus 30 ribu jiwa. Menurutnya, jumlah kematian sebesar itu menunjukkan bahwa respons Israel atas serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 tidak proporsional.
“Permintaan agar hak pertahanan Israel, yang digunakan untuk membenarkan operasi ini, harus proporsional, dan tentunya dengan 30 ribu kematian, hal tersebut tidak dilakukan,” ucapnya.
“Saya percaya kita semua marah atas apa yang terjadi, atas pembantaian ini, tapi kita harus mempunyai keberanian untuk bergerak maju dan tidak putus asa,” ujar Parolin seraya menambahkan bahwa komunitas internasional harus menemukan cara untuk menyelesaikan konflik di Gaza dan masalah Palestina.
Bulan lalu, Paus Fransiskus mengatakan, dia memiliki ketakutan terbesar, yaitu eskalasi militer di Jalur Gaza. Dia menyebut, bara konflik di Gaza telah menyebar secara dramatis di kawasan.
“Ada Perjanjian Oslo yang sangat jelas dengan solusi dua negara. Sampai perjanjian itu tidak diterapkan, perdamaian sejati masih jauh dari kenyataan. Konflik ini dapat semakin memperburuk ketegangan dan kekerasan yang melanda planet ini,” ungkap Paus Fransiskus kepada harian Italia, la Stampa, dalam wawancara yang diterbitkan pada 29 Januari 2024.
Paus Fransiskus mengatakan, setiap hari dia melakukan panggilan video dengan paroki Kristen di Gaza. “Kami bertemu di Zoom, saya berbicara dengan orang-orang. Mereka menjalani hidup mereka setiap hari sambil menghadapi kematian,” ucapnya.
Ketika ditanya tentang apa yang dilakukan Vatikan dalam fase perang antara Israel dan Hamas, Paus Fransiskus mengatakan Kardinal Pierbattista Pizzaballa, Patriark Latin Yerusalem, adalah tokoh kunci dalam upaya Vatikan di wilayah tersebut. "Dia hebat. Dia melakukan gerakan yang bagus. Dia mencoba melakukan mediasi dengan tekad,” ujarnya.