REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Kota New York menggugat perusahaan media sosial karena dianggap berkontribusi terhadap 'krisis kesehatan mental remaja'. Perusahaan yang didugat, antara lain, SnapChat, Instagram, YouTube hingga TikTok.
Sejumlah raksasa media sosial dinilai telah memicu “krisis kesehatan mental remaja secara nasional". Dalam gugatan disebutkan bahwa platform media sosial telah banyak memaparkan konten berbahaya tanpa henti kepada anak dan remaja.
Gugatan tersebut diajukan di Pengadilan Tinggi California. Dalam gugatan itu disebutkan bahwa perusahaan-perusahaan media sosial dengan sengaja merancang platform untuk memanipulasi dan membuat anak maupun remaja kecanduan terhadap aplikasi media sosial.
Gugatan merujuk pada penggunaan algoritma untuk menghasilkan feed yang membuat pengguna tetap berada di platform lebih lama dan mendorong penggunaan kompulsif. Kalangan udia muda banyak yang berbondong-bondong kecanduan platform Tergugat.
"Ini mengakibatkan gangguan besar terhadap operasional distrik sekolah dan memberikan beban besar pada kota, distrik sekolah, dan sistem rumah sakit umum yang menyediakan layanan kesehatan mental kepada kaum muda,” bunyi gugatan tersebut, seperti dilansir dari ABC News, Kamis (15/2/2024).
Meskipun ditampilkan sebagai platform ‘sosial’, namun media sosial dipandang mempromosikan pemutusan hubungan, disasosiasi, dan banyak dampak buruk terhadap mental maupun fisik. Gugatan tersebut menuduh perusahaan media sosial memanipulasi pengguna dengan membuat mereka merasa terdorong untuk merespons satu tindakan positif dengan tindakan positif lainnya.
Ashley Adams, juru bicara untuk Snap Inc. menyangkal tuduhan tersebut. Snapchat disebut dirancang untuk berbeda dari media sosial tradisional, dan fokus membantu Snapchatter berkomunikasi dengan teman dekat mereka.
"Snapchat terbuka langsung ke kamera, bukan feed konten yang mendorong pengguliran pasif, dan tidak memiliki tanda suka atau suka di publik. Meskipun kami akan selalu memiliki lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, namun Snapchat bertujuan membantu teman dekat merasa terhubung, bahagia, dan siap menghadapi banyak tantangan masa remaja," kata dia.
TikTok juga menanggapi gugatan pemerintah kota tersebut. TikTok disebut memiliki perlindungan terdepan di industri untuk mendukung kesejahteraan remaja, termasuk fitur pembatasan usia, kontrol orang tua, batas waktu otomatis 60 menit untuk pengguna di bawah 18 tahun, dan banyak lagi.
"Kami secara rutin bermitra dengan para ahli untuk memahami praktik terbaik yang muncul, dan akan terus berupaya menjaga komunitas kami tetap aman dengan mengatasi tantangan industri secara luas,” kata juru bicara TikTok.
Meta, pemilik Instagram, menyatakan keselamatan remaja adalah prioritas utama. Meta menyatakan ingin remaja mendapatkan pengalaman daring yang aman dan sesuai usia, dan ada lebih dari 30 alat serta fitur untuk mendukung mereka dan juga orang tua.
"Kami telah menghabiskan satu dekade menangani masalah ini dan mempekerjakan orang-orang yang telah mendedikasikan karier mereka untuk menjaga awet muda orang-orang aman dan didukung secara online," kata juru bicara perusahaan.
Memberikan pengalaman online yang....
Begitu juga juru bicara Google José Castañeda, mengatakan bahwa memberikan pengalaman online yang lebih aman dan sehat kepada generasi muda selalu menjadi inti dari pekerjaan Google. Bekerja sama dengan pakar remaja, kesehatan mental, dan parenting, Google telah membangun layanan dan kebijakan untuk memberikan pengalaman yang sesuai dengan usia generasi muda, dan kontrol yang kuat kepada orang tua. "Tuduhan dalam pengaduan ini tidak benar," kata Castañeda.
Sementara itu, gugatan menyatakan platform media sosial memanfaatkan timbal balik dengan, misalnya, secara otomatis memberitahu pengirim ketika pesan mereka dilihat atau mengirimkan pemberitahuan ketika pesan terkirim. Hal ini mendorong remaja untuk kembali ke platform terus menerus.
Wali Kota New York Eric Adam mengatakan selama dekade terakhir, dia telah melihat bangak kecanduan dan kewalahannya dunia online. Ini membuat anak-anak terpapar konten berbahaya tanpa henti dan memicu krisis kesehatan mental remaja secara nasional.
"Kota kita dibangun berdasarkan inovasi dan teknologi, namun banyak platform media sosial yang akhirnya membahayakan kesehatan mental anak-anak kita, mendorong kecanduan, dan mendorong perilaku tidak aman," ujarnya.
Pemerintah kota mengatakan telah menghabiskan banyak sumber daya untuk mengatasi masalah kesehatan mental di kalangan pelajar dan menuntut pengembalian sebagian uang tersebut. Penggugat disebut telah banyaknmengeluarkan biaya terkait penanganan krisis kesehatan mental remaja yang diciptakan, disebabkan, dikontribusikan, dan/atau dipertahankan oleh Tergugat. Penggugat meminta keringanan berkaitan dengan tanggungan mereka, termasuk kerugian aktual dan kompensasi dalam jumlah yang akan ditentukan di persidangan.