Kamis 15 Feb 2024 17:22 WIB

Mengubah Kesulitan Hidup Menjadi Karunia Paling Berharga

Kesulitan hidup sebenarnya bisa diubah menjadi sebuah karunia paling berharga.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
kemiskinan di kota besar (ilustrasi)
Foto: google.com
kemiskinan di kota besar (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam menyampaikan bahwa kesulitan hidup sebenarnya bisa diubah menjadi sebuah karunia paling berharga. Asalkan kesulitan hidup itu membuat diri kita menjadi semakin dekat kepada Allah SWT.

الْفَاقَاتُ بَسْطُ الْمَوَاهِبِ

Baca Juga

"Kesulitan adalah hamparan karunia." (Syekh Ibnu Athaillah, Al-Hikam)

Jika kita tertimpa oleh berbagai musibah yang membuat kita semakin dekat kepada Allah SWT dan semakin ikhlas beribadah kepada-Nya. Maka ketahuilah bahwa itu adalah karunia besar yang kita dapatkan dari-Nya. 

Ber­syukurlah dan jangan habiskan waktu kita dengan bersedih. Ingatlah, kita adalah seorang mukmin, apakah kita tahu bagaimana sifat seorang mukmin itu dalam menghadapi kesulitan?

Orang mukmin yang beriman akan bersabar dalam menghadapi berbagai musibah dan ujian yang terjadi. Sehingga, ia berhak mendapatkan pahala dari Allah SWT. Di balik setiap musibah, pasti ada karunia agung yang dipersiapkan oleh Allah SWT untuk kita.

Demkian penjelasan perkataan Syekh Ibnu Athaillah mengenai cara mengubah kesulitan menjadi karunia besar sebagaimana dijelaskan penyusun dan penerjemah kitab Al-Hikam, DA Pakih Sati Lc dalam buku Kitab Al-Hikam dan Penjelasannya yang diterbitkan penerbit Noktah tahun 2017.

Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam juga menjelaskan bahwa kesulitan atau kefakiran adalah hari raya bagi para murid. Para murid di sini artinya orang-orang yang sedang melatih diri untuk taqorrub kepada Allah SWT, yakni orang yang sedang mendekatkan diri kepada Allah SWT.

وُرُودُ الْفَاقَاتِ أَعْيَادُ الْمُرِيدِينَ

"Datangnya berbagai kesulitan (kefakiran) adalah hari raya bagi para murid." (Syekh Ibnu Athaillah, Al-Hikam)

Jika kamu ditimpa berbagai musibah dan kesulitan, maka ketahuilah bahwa itu adalah masa-masa yang baik bagi orang-orang yang ingin mendekatkan diri mereka kepada Allah SWT. Bukankah ketika tertimpa musibah, hati kamu akan patah dan diliputi kesedihan? Kepada siapakah kamu akan mengadu?

Ya, kamu akan menghampiri Allah SWT dengan segenap hati kamu. Tidak ada lagi rasa egois. Kamu akan merasa hina dina di hadapan Allah SWT. Pada waktu itu, hati kamu akan bersih dari segala bentuk ubudiyah kepada selain­-Nya. Artinya hati kamu akan bersih dalam proses mengabdikan diri kepada Allah SWT, menunaikan perintah Allah SWT dalam kehidupan sehari-hari dengan melaksanakan tanggung jawab sebagai hamba Allah.

Cobalah kamu perhatikan orang yang terdampar di lautan luas. Tidak ada lagi yang mampu menye­lamatkannya, kecuali Allah SWT. Apakah yang akan ia lakukan pada waktu itu? Tidak ada yang bisa diucapkan dan dilakukannya, kecuali menyerahkan diri sepenuh hati kepada Allah SWT.

Ia akan menangis dan mengikhlaskan segenap usahanya kepada Allah SWT, sambil berharap mudah-mudahan masih ada kehidupan di hari esok.

Begitulah hari raya yang dimaksud dalam bait kata-kata Syekh Ibnu Athaillah dalam kitab Al-Hikam. Yaitu hari ketika kamu menyerahkan diri sepenuhnya kepada Dzat Yang Maha Pencipta.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement