Kamis 15 Feb 2024 17:58 WIB

Jepang Masuk Resesi, Digantikan oleh Jerman Sebagai Negara Ekonomi Nomor Tiga

Ekonom menyebut, permintaan dalam negeri Jepang anjlok dan datanya sangat buruk.

Red: Fuji Pratiwi
Seorang pejalan kaki melewati toko ritel produk elektronik di Tokyo, Jepang, 10 Januari 2023.
Foto: EPA-EFE/FRANCK ROBICHON
Seorang pejalan kaki melewati toko ritel produk elektronik di Tokyo, Jepang, 10 Januari 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jepang pada 2023 kehilangan statusnya sebagai negara ekonomi terbesar ketiga dunia, digantikan Jerman, dan secara tak terduga tergelincir ke dalam resesi pada kuartal terakhir tahun lalu karena lemahnya permintaan domestik, kata pemerintah negara tersebut, Kamis (15/2/2024).

Produk domestik bruto (PDB) nominal Jepang, yang tidak disesuaikan dengan inflasi, berjumlah 4,21 triliun dolar Amerika Serikat (Rp 65,7 kuadriliun). Jumlah itu merupakan yang terbesar keempat di dunia, setelah Jerman yang membukukan 4,46 triliun dolar AS (Rp 69,6 kuadriliun), sebagian besar disebabkan oleh penurunan tajam mata uang Yen.

Baca Juga

Untuk kuartal Oktober-Desember, perekonomian menyusut 0,1 persen dari kuartal sebelumnya, atau pada tingkat tahunan sebesar 0,4 persen karena belanja rumah tangga dan dunia usaha kurang kuat di tengah inflasi yang mengakar, menurut Kantor Kabinet. Kontraksi selama dua kuartal berturut-turut menjadikan perekonomian berada dalam resesi teknis, yang merupakan tantangan bagi pemerintah dan Bank Sentral Jepang (BoJ) ketika mereka berupaya mencapai pertumbuhan yang didorong oleh permintaan domestik disertai dengan kenaikan upah.

Para ekonom pengamat sektor swasta yang disurvei oleh Pusat Penelitian Ekonomi Jepang memperkirakan ekspansi tahunan sebesar 1,28 persen. PDB adalah total nilai barang dan jasa yang diproduksi di suatu negara.