REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Mesir Abdel Fattah El Sisi mendesak Israel menghentikan serangannya ke Rafah, selatan Gaza. Desakan ini disampaikan saat keduanya bertemu di Kairo.
Erdogan berkunjung ke Mesir saat hubungan Ankara dan Kairo kembali ke jalurnya setelah sempat menegang dan membeku selama bertahun-tahun. Erdogan tiba di Ibu kota Mesir itu dalam kunjungan pertamanya ke Kairo dalam satu dekade pada Rabu (14/2/2024).
Sebelumnya dia berkunjung ke Uni Emirat Arab dan bertemu dengan Presiden Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nayhan. Media pemerintah Mesir mengatakan Erdogan bertemu El Sisi di Istana Ittihadiyah.
Dalam pernyataan gabungan, El Sisi mengatakan fokus pembicaraan mereka adalah hubungan bilateral dan tantangan kawasan. Terutama dalam upaya menghentikan perang di Gaza.
"Kami sepakat gencatan senjata (di Gaza) perlu segera dilakukan dan perlu ketenangan di Tepi Barat (untuk memulai kembali perundingan damai Israel-Palestina untuk mencapai tujuan akhir negara Palestina yang merdeka)," kata El Sisi seperti dikutip dari Aljazirah.
Erdogan mengatakan Turki bertekad untuk meningkatkan pembicaraan dengan Mesir di semua tingkatan untuk mencapai perdamaian dan stabilitas di kawasan.
"Kami akan terus bekerja sama dan berdiri dalam solidaritas dengan saudara-saudara Mesir kami untuk mengakhiri pertumpahan darah di Gaza," katanya.
Hubungan Mesir dan Ankara renggang setelah militer Mesir menyingkirkan Presiden Mohammed Morsi yang berasal dari Ikhwanul Muslimin pada tahun 2013. Di tengah aksi protes melawan pemerintahannya.
Selama beberapa tahun terakhir Ankara berhenti mengkritik pemerintah el-Sisi untuk memperbaiki hubungan dengan Mesir dan kekuatan kawasan lainnya. Erdogan dan El Sisi melakukan sesi foto jabat tangan di Piala Dunia Qatar pada November 2022.
Perang Gaza mencapai titik kritis saat Israel menyerang Rafah, yang berbatasan dengan Mesir dan tempat di mana 1,4 juta orang mengungsi untuk menghindari pengeboman Israel. Para pengungsi berdesak-desakan di tenda-tenda dan apartemen dan tempat perlindungan sementara.
Di konferensi pers usai pertemuan itu Erdogan mendesak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghindari serangan darat ke Rafah.
Dia mengatakan pemerintah Israel menggelar "pembantaian" di Gaza. "Upaya depopulasi Gaza tidak dapat diterima," kata Erdogan.
Mesir khawatir serangan darat di Rafah akan mendorong ratusan ribu warga Palestina mengungsi dengan menyeberangi perbatasan dan masuk ke Semenanjung Sinai di Mesir. Hal ini mengancam menangguhkan perjanjian damai yang berlangsung selama puluhan tahun dengan Israel.
Mesir, Qatar dan sekutu terkuat Israel, Amerika Serikat (AS) mencoba menengahi gencatan senjata untuk memulangkan 130 sandera yang ditawan Hamas dalam serangan mendadak 7 Oktober lalu.
Negosiator menggelar pembicaraan di Kairo pada Selasa (13/2/2024) tapi belum ada tanda-tanda terobosan dalam perundingan tersebut.
Erdogan juga mengatakan Turki siap untuk bekerja sama dengan Mesir untuk membangun kembali Gaza, dan berjanji untuk meningkatkan perdagangan jangka pendek dengan Mesir hingga 15 miliar dolar AS.
Baca juga: 4 Perkara yang Bisa Menghambat Rezeki Keluarga Menurut Alquran
Israel melancarkan serangan ke Gaza para pejuang Hamas melakukan serangan mendadak ke Israel selatan pada 7 Oktober setelah lalu. Israel mengklaim Hamas membunuh 1.139 orang dan menyandera sekitar 250 orang lainnya.
Israel merespons dengan pemboman dan invasi darat yang menghancurkan di Gaza, menewaskan lebih dari 28.500 orang. Serangan Israel membuat sebagian besar wilayah yang terkepung menjadi puing-puing dan membuat lebih dari 80 persen penduduknya mengungsi.