Sabtu 17 Feb 2024 08:00 WIB

Sepekan Terakhir, Merapi Luncurkan 2 Kali APG dan 189 Guguran Lava

Intensitas kegempaan pada minggu ini masih cukup tinggi.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Lida Puspaningtyas
Luncuran lava pijar Gunung Merapi terlihat dari Srumbung, Magelang, Jawa Tengah, Jumat (2/2/2024). Data pemantauan BPPTKG menunjukkan suplai magma yang masih berlangsung dapat memicu terjadinya awan panas guguran di daerah potensi bahaya dan mengimbau masyarakat untuk mewaspadai lahar saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.
Foto: ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
Luncuran lava pijar Gunung Merapi terlihat dari Srumbung, Magelang, Jawa Tengah, Jumat (2/2/2024). Data pemantauan BPPTKG menunjukkan suplai magma yang masih berlangsung dapat memicu terjadinya awan panas guguran di daerah potensi bahaya dan mengimbau masyarakat untuk mewaspadai lahar saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gunung Merapi masih terus mengeluarkan awan panas guguran (APG) selama sepekan terakhir. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat setidaknya Merapi mengeluarkan dua kali APG pada periode pengamatan 9-15 Februari 2024.

Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso mengatakan, dua kali APG tersebut mengarah ke barat daya yakni ke hulu Kali Bebeng. "Jarak luncur APG tercatat maksimal 1.500 meter," kata Agus, Jumat (16/2/2024) malam.

Baca Juga

Tidak hanya APG, Merapi juga mengeluarkan guguran lava dalam sepekan terakhir. Agus menuturkan, pihaknya mencatat terjadi 189 kali guguran lava yang mengarah ke selatan dan barat daya.

Guguran lava tersebut meliputi dua kali ke hulu Kali Boyong sejauh maksimal 1.400 meter, dan 187 kali ke hulu Kali Bebeng sejauh maksimal 1.700 meter. Untuk suara guguran lava terdengar dua kali dan Pos Babadan dengan intensitas kecil.

Akibat aktivitas APG dan guguran lava, morfologi kubah barat daya Merapi teramati adanya perubahan berdasarkan analisis morfologi kubah lava pada 15 Februari 2024. Agus menjelaskan, untuk volume kubah barat daya terukur sebesar 2.663.300 meter kubik.

"Untuk morfologi kubah tengah relatif tetap, dan volume kubah tengah terukur sebesar 2.358.400 meter kubik," ucap Agus.

Terkait dengan kegempaan, dalam sepekan ini juga tercatat dua kali gempa APG di Merapi. Selain itu, juga tercatat 22 kali gempa vulkanik dangkal, 181 kali gempa fase banyak, tiga kali gempa frekuensi rendah, 719 kali gempa guguran, dan enam kali gempa tektonik.

"Intensitas kegempaan pada minggu ini masih cukup tinggi," jelasnya.

BPPTKG juga mengamati bahwa dalam sepekan ini terjadi hujan di Pos Pengamatan Gunung Merapi di Pos Ngepos pada 12 Februari 2024. Intensitas curah hujan tercatat sebesar 30 milimeter per jam selama 65 menit.

"Tidak dilaporkan adanya penambahan aliran lahar (dingin) di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi," kata Agus.

Berdasarkan hasil pengamatan dalam sepekan terakhir, disimpulkan bahwa aktivitas vulkanik Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif. Status aktivitas Merapi saat ini juga masih dalam tingkat siaga atau level 3.

Untuk itu, potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan dan barat daya yang meliputi Kali Boyong sejauh maksimal lima kilometer, Kali Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer.

Sementara itu, potensi bahaya juga ada pada sektor tenggara meliputi Kali Woro sejauh maksimal tiga kilometer dan Kali Gendol sejauh lima kilometer. Sedangkan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak.

"Data pemantauan menunjukkan suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran di dalam daerah potensi bahaya," ungkap Agus.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement