REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Sejumlah tokoh agama di Maluku kompak mengajak masyarakat di daerah itu untuk menghormati hasil Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 yang baru saja digelar pada 14 Februari.
"Bagi siapapun yang terpilih menjadi pemimpin Bangsa Indonesia (Presiden dan Wakil Presiden). Mereka merupakan pilihan Tuhan. Kita sebagai rakyat dengan tangan dan hati yang terbuka perlu menerima kemanusiaan para pemimpin itu," kata Pendeta sekaligus seniman suara perut Eklin Amtor Defretes saat dihubungi dari Ambon, Kamis (17/2/2024).
Pendeta Eklin mengatakan bahwa bila di awal-awal ini calon presiden dan wakil presiden kedapatan memiliki keterbatasan, kelemahan dan kekurangan karena kemanusiaan yang dimiliki, masyarakat tidak perlu mengorek kelemahan satu calon pemimpin, dan menutupi kelemahan calon pemimpin lainnya.
"Ini hanya memperkeruh keadaan dan itu berarti kita lupa bahwa semua manusia, termasuk para calon pemimpin maupun setiap pemimpin punya kekurangan. Termasuk kita yang mengorek-ngorek kelemahan itu pun, memiliki keterbatasan. Jangan lupa, bahwa tidak ada satu pemimpin pun yang sempurna," katanya menjelaskan.
Oleh karena itu lanjutnya masyarakat juga perlu menopang Presiden dan Wakil Presiden yang akan terpilih dalam kelemahan yang mereka miliki.
"Tidak ada gunanya kita menjatuhkan pilihan Tuhan dengan terus membully para pemimpin yang terpilih di media sosial, dengan mengumbarkan kekurangan para pemimpin tersebut," kata dia.
Ia menegaskan bahwa sebagai bangsa yang berdemokrasi, suara rakyat memang harus di dengar. Maka sudah sepatutnya kritik dan saran yang disampaikan harus membangun dan disampaikan dengan santun dan bermartabat.
"Salam damai dari Kak Eklin. Rakyat kecil di Pedalaman Maluku Barat Daya, Pulau Damer," ucap Pendeta Eklin.
Sementara itu pada kesempatan lain Ketua Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM) Elifas Maspaitella mengatakan bahwa alasan utama penyampaian pesan damai yang dilakukan oleh perwakilan tokoh agama ini adalah agar masyarakat Maluku senantiasa hidup dalam bingkai perdamaian.
Untuk itu kata Maspaitella masyarakat di Maluku harus menghindari segala bentuk potensi konflik yang berujung konflik dan dapat merugikan diri sendiri dan daerah.
Pasalnya kata dia Pemilu 2024 justru harus menjadi momentum untuk bergerak lebih maju menuju Maluku yang aman, damai, dan sejahtera.
"Kita sudah pernah berada di situasi yang sama-sama tidak kita inginkan di tahun 1999 untuk itu ini momentum untuk semakin mempererat kehidupan orang bersaudara di Maluku," katanya.
Senada dengan Pendeta Maspaitella dan Pendeta Eklin Ketua Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Maluku, Wilhelmus Jauwerissa mengatakan sebagai anak bangsa harus tunduk kepada aturan.
Wilhelmus juga meminta agar semua umat Thionghoa di Maluku mendukung penuh Phadil Pemilu 2024 setelah terlibat langsung menyalurkan hak suara.
"Tanpa diminta harus dukung sebab itu hak demokrasi yang harus dipergunakan, artinya tidak boleh mengabaikan aturan," katanya menegaskan.
Sementara itu saat ini KPU Maluku sedang menunggu hasil penghitungan suara dari tiap-tiap tps yang berada di kabupaten dan kota di Maluku.
"Kami masih menunggu dan selanjutnya akan direkapitulasi untuk mengetahui hasil pemungutan suara di Maluku," ucap Ketua KPU Maluku Syamsul Rifan Kubangun.