REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Surat kabar Amerika Serikat (AS) The Wall Street Journal (WSJ) melaporkan AS akan mengirimkan lebih banyak senjata ke Israel. Dalam dokumen yang dikutip WSJ pengirim itu dilakukan karena Israel mengambil langkah efektif dalam mencegah pelanggaran berat hak asasi manusia.
WSJ mencatat laporan pengiriman itu dilakukan Kedutaan Besar AS di Yerusalem. "Tidak ada potensi pelanggaran hak asasi manusia dalam penjualan (senjata)," kata laporan yang dikutip WSJ, seperti dilansir dari Aljazirah, Sabtu (17/2/2024).
"Israel mengambil langkah efektif untuk mencegah pelanggaran berat hak asasi manusia dan meminta pertanggung jawaban pada pasukan keamanannya yang melanggar hak-hak tersebut. Di masa lalu, Israel sudah menjadi mitra transparan AS dalam penyelidikan tuduhan penyalahgunaan pengiriman senjata," kata dalam laporan tersebut.
Dalam laporannya WSJ mengatakan sekitar 21 ribu rudal sudah diberikan ke Israel sejak perang di Gaza dimulai pada Oktober lalu. Hampir 29 orang ribu orang tewas di Gaza, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Sementara itu lembaga kemanusiaan PBB (OCHA) mengatakan sebagian rakyat Palestina di Rafah sudah meninggalkan daerah perbatasan di ujung selatan Gaza itu. Mereka bergerak ke wilayah tengah karena serangan udara Israel ke Rafah semakin intensif.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric melaporkan pergerakan pengungsi ke Deir el-Balah, sekitar 16 kilometer sebelah utara Rafah. Ia juga menekankan kelangkaan makanan di Rafah dan daerah lain di Gaza terutama di bagian utara, wilayah pertama yang menjadi target serangan Israel ke Gaza dan sudah menjadi puing-puing.
"Di Rafah, kondisi kemanusiaan menjadi semakin parah dengan laporan yang terus berlanjut tentang orang-orang yang menghentikan truk-truk bantuan untuk mengambil makanan," katanya.
Di seluruh Gaza, Dujarric mengatakan pengiriman bantuan terhambat penutupan perbatasan yang sering terjadi, pembatasan impor, kerusakan infrastruktur penting, dan pertempuran.