REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berupaya menyediakan Sumber Daya Manusia (SDM) industri yang kompeten guna mendukung Visi Indonesia Emas 2045. Itu guna menangkap peluang bonus demografi yang sedang dinikmati Indonesia.
“Pengembangan SDM kompeten dan berdaya saing menjadi investasi besar bagi Indonesia ke depannya untuk menjadi negara maju di dunia. Saat ini, kita sedang mendapatkan bonus demografi, yakni komposisi usia produktif mendominasi hingga lebih dari 65 persen,” kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin Masrokhan dalam keterangan resmi yang dikutip, Ahad (18/2/2024).
Ia menegaskan, para generasi muda yang masuk dalam usia produktif ini perlu mendapatkan pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi sesuai kebutuhan dunia kerja saat ini. Keterampilan mereka, kata dia, akan menjadi modal utama dalam pembangunan nasional ke depan, termasuk pada sektor industri.
Maka, Masrokhan mengapresiasi PT Laksana Bus Manufaktur yang menjalin kerja sama dengan Balai Diklat Industri (BDI) Jakarta dalam pelaksanaan Diklat 3in1 Fillet Welder yang sudah memasuki angkatan ketujuh. “Saya sangat bangga, karena di perusahaan ini sudah memiliki lini khusus untuk bus listrik. Artinya, ini sejalan dengan tekad pemerintah dalam upaya mengakselerasi pembangunan ekosistem kendaraan listrik di tanah air,” tutur dia.
PT Laksana Bus Manufaktur merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang perakitan dan pembuatan bodi kendaraan (karoseri), khususnya jenis bus. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2023 terdapat sebanyak 1,2 juta orang yang bekerja di industri karoseri. Dari jumlah tersebut, sekitar 20 persen di antaranya merupakan welder atau juru las.
Masrokhan optimistis, upaya Kemenperin dalam mencetak tenaga las yang kompeten tersebut juga akan turut mendukung kemajuan industri otomotif di Indonesia. Apalagi, industri otomotif menjadi salah satu sektor yang mendapat prioritas pengembangan sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0.
Industri otomotif, sambung dia, khususnya produsen bus di Indonesia masih memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Hal ini ditunjukkan dengan beberapa faktor, seperti meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, meningkatnya permintaan bus dari berbagai sektor, serta dukungan pemerintah terhadap pengembangan industri otomotif.
Kemenperin mencatat, industri alat angkutan masuk dalam tiga subsektor yang menjadi penopang utama dalam pertumbuhan industri pengolahan nonmigas pada tahun 2023. Industri alat angkutan tumbuh sebesar 7,63 persen pada 2023.
Sektor ini juga disebut sebagai pahlawan devisa negara. Itu karena mampu memberikan kontribusi besar terhadap capaian investasi hingga Rp27,4 triliun, dan ekspor menembus 13,12 miliar dolar AS sepanjang 2023.
Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Industri Kemenperin, Saiful Bahri menyampaikan bahwa industri otomotif sedang mengalami perkembangan yang pesat. Menurutnya, persaingan antarperusahaan semakin ketat, dan tuntutan terhadap kualitas produk semakin tinggi.
“Salah satu kunci utama untuk mencapai tujuan ini adalah dengan memiliki SDM yang andal dan kompeten, termasuk di bidang welding,” ujarnya.
Saiful menjelaskan, fillet welder merupakan salah satu teknik pengelasan yang penting dalam pembuatan bus. Teknik ini membutuhkan keterampilan dan pengetahuan khusus agar menghasilkan sambungan las yang kuat dan berkualitas.