Ahad 18 Feb 2024 22:43 WIB

PVMBG Imbau Warga Waspadai Awan Panas Guguran Gunung Karangetang

Masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Karangetang diminta waspada.

Red: Qommarria Rostanti
Gunung api Karangetang. Warga di sekitar Gunung Karangetang di Kabupaten Sitaro Sulawesi Utara, diminta mewaspadai awan panas guguran gunung tersebut.
Foto: Antara/Fiqman Sunandar
Gunung api Karangetang. Warga di sekitar Gunung Karangetang di Kabupaten Sitaro Sulawesi Utara, diminta mewaspadai awan panas guguran gunung tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, MANADO -- Warga di sekitar Gunung Karangetang di Kabupaten Sitaro Sulawesi Utara, diminta mewaspadai awan panas guguran gunung tersebut. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM menyatakan, kubah lava lama masih berada di puncak yang sewaktu-waktu dapat rubuh bersamaan dengan keluarnya lava.

"Karakteristik awan panas guguran Gunung Karangetang terjadi dari penumpukan material lava yang gugur atau longsor," kata Kepala PVMBG Hendra Gunawan dalam laporan evaluasi yang dibagikan Ketua Pos PGA Karangetang, Yudia P Tatipang dalam grup percakapan Info G Karangetang di Manado, Ahad (18/2/2024).

Baca Juga

Pada periode evaluasi tanggal 1-15 Februari 2024 tersebut, kondisi visual tidak teramati adanya kejadian guguran/erupsi efusif. Dari seismisitas jenis gempa permukaan seperti gempa embusan dan gempa hybrid/fase banyak mendominasi kegempaan gunung di Pulau Siau tersebut.

Dia mengatakan kejadian ini merupakan kesetimbangan dari kubah lava di permukaan. Yudia menyebut, akumulasi material hasil erupsi efusif yang berada di lembah-lembah jalur luncuran/guguran lava pijar berpotensi menjadi guguran lava ke bagian hilir.

"Hal ini memerlukan kewaspadaan masyarakat yang tinggal di sekitarnya serta masyarakat yang akan melintasi lembah atau sungai tersebut. Selain itu juga perlu diwaspadai terjadinya lahar di waktu hujan di puncak," ujarnya.

Pada Februari 2023, status Gunung Karangetang di Pulau Siau, Kabupaten Kepulauan Sitaro dinaikkan menjadi siaga setelah terjadi rentetan peningkatan aktivitas vulkanik. Saat erupsi, material vulkanik yang berada di puncak atau tubuh gunung longsor dan menyebabkan beberapa kali terjadi awan panas guguran, permukiman yang dekat dengan lintasan arah guguran sempat diungsikan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement