REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Menteri Kabinet Perang Israel Benny Gantz mengancam akan menyerang kota Rafah di Jalur Gaza selatan selama bulan Ramadan. Dia mengisyaratkan, serangan ke Rafah hanya dapat disetop jika Hamas membebaskan warga Israel yang masih disandera.
“Saya mengatakan ini dengan sangat jelas: Hamas punya pilihan. Mereka bisa menyerah, melepaskan sandera, dan dengan cara ini, warga Gaza bisa merayakan hari raya suci Ramadhan,” kata Gantz dalam sebuah konferensi di Yerusalem, Ahad (18/2/2024), dikutip laman Middle East Monitor.
Gantz, yang merupakan mantan menteri pertahanan Israel menambahkan, invasi ke Rafah akan terjadi melalui koordinasi dengan Amerika Serikat (AS) dan Mesir. Dia menyebut hal itu guna meminimalkan korban sipil.
“Dunia harus tahu, dan para pemimpin Hamas harus tahu – jika pada bulan Ramadan para sandera kami tidak ada di rumah, pertempuran akan meluas ke wilayah Rafah,” ujar Gantz. Israel sebelumnya sudah meluncurkan serangkaian serangan udara ke Rafah dan menyebabkan puluhan orang terbunuh.
Saat ini, Rafah, yang berbatasan dengan Mesir, dihuni lebih dari 1,4 juta warga Gaza yang mengungsi dari pertempuran. Israel telah mengumumkan tentang rencananya melancarkan serangan darat ke Rafah.
Tel Aviv mengklaim serangan tersebut diperlukan untuk menumpas batalion Hamas yang tersisa. Sejumlah negara dan lembaga internasional sudah menyuarakan peringatan tentang bakal adanya dampak buruk jika Israel melaksanakan rencananya menyerang Rafah.
Pada 24 November hingga 1 Desember 2023, Israel dan Hamas sempat memberlakukan gencatan senjata kemanusiaan. Kesepakatan itu tercapai berkat peran mediasi Qatar, Mesir, dan AS.
Selama periode gencatan senjata, kedua belah pihak melakukan pertukaran pembebasan tahanan dan sandera. Hamas membebaskan 105 sandera. Mereka terdiri dari 81 warga Israel dan sisanya adalah warga asing. Sebagai imbalan atas pembebasan para sandera, Israel membebaskan 240 tahanan Palestina.
Pada 9 Desember 2023 lalu, Israel mengatakan, Hamas masih menahan 137 sandera di Gaza. Hamas sempat menyampaikan bahwa mereka telah kehilangan kontak dengan sejumlah sandera akibat agresi tanpa henti Israel ke Gaza.
Hamas memperkirakan beberapa sandera telah terbunuh akibat serangan Israel. Sejauh ini hampir 29 ribu warga Gaza telah terbunuh sejak Israel meluncurkan agresinya pada 7 Oktober 2023.