Senin 19 Feb 2024 14:51 WIB

Pesan Alquran dan Hadits untuk Mereka yang Kalah dan Gagal

Kekalahan bisa membuat seseorang merasa tidak mampu untuk berbuat amal kebaikan.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Alquran  (ilustrasi).
Foto: Dok Republika
Alquran (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Tuntunan Islam mencakup segala aspek, termasuk ketika seorang Muslim mendapat kekalahan dalam kompetisi ataupun kontestasi. Alquran dan hadits telah menyampaikan beberapa nasihat bagi mereka yang mengalami kekalahan atau kegagalan.

Kekalahan bisa membuat seseorang merasa tidak mampu untuk berbuat amal kebaikan dan memikul tanggung jawab lagi. Hingga menghindari beban dan konsekuensi yang seharusnya dipikul oleh tanggung jawab yang masih diembannya sebagai seorang hamba yang beriman kepada Allah SWT.

Baca Juga

Bahkan boleh jadi, orang yang kalah akan berujung pada ketundukan terhadap hawa nafsu, terjebak dalam nafsu duniawi, dan sibuk memperebutkan kemenangan orang lain yang dapat memicu ketegangan. Ada pula yang mungkin mengambil jalan yang nyaman dan tidak lagi ada di barisan yang menerima ketidakadilan dan penindasan.

Karena itu, tidak bisa dimungkiri, kekalahan ataupun kegagalan yang dialami seorang Muslim, memiliki dampak buruk bagi jiwa mereka. Ketika mental sudah kena, dan kalah secara mental, maka ia pun tidak akan pernah meraih kemenangan. Sebab, kemenangan hanya lahir dari kerja keras dan ketekunan.

Karena itu, Alquran dan As-Sunnah memperingatkan umat Muslim, yang mengalami kekalahan, agar tidak mengambil jalan tersebut. Ingat pula firman Allah SWT berikut ini:

وَلَا تَهِنُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَنْتُمُ الْاَعْلَوْنَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ

"Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman." (QS. Ali Imran ayat 139)

Dalam ayat lain, juga dikatakan:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تَنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَامَكُمْ

"Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS. Muhammad ayat 7)

Bahkan Nabi Muhammad SAW telah memberi peringatan kepada umatnya agar tidak merendahkan dirinya sendiri. Ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan dari Abu Said Al Khudri RA. Nabi Muhammad SAW bersabda:

 لا يحقر أحدكم نفسه قالوا : يا رسول الله ، كيف يحقر أحدنا نفسه ؟ قال : يرى أمر الله عليه فيه مقال ، ثم لا يقول فيه ، فيقول الله له يوم القيامة : ما منعك أن تقول في كذا وكذا ؟ فيقول : خشيت الناس ، فيقول الله : إياي كنت أحق أن تخشى .

"Janganlah kalian merendahkan dirinya sendiri." Lalu para sahabat berkata, "Bagaimana mungkin kami merendahkan diri kami sendiri?" Kemudian Nabi SAW bersabda, "Melihat apa yang diperintahkan Allah kepada dirinya, kemudian tidak berkata apa-apa atas hal itu (apa yang dilihatnya). Di Hari Kiamat nanti, Allah akan berkata kepadanya, 'Apa yang menghalangi kamu mengatakan ini dan itu?' Lalu ia berkata, 'Aku takut kepada manusia.' Lalu Allah berfirman, 'Aku lebih pantas kamu takuti.'" (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Hadits itu menunjukkan, seorang Muslim tidak boleh merasa rendah diri, mengaku lemah dan tidak pintar. Larangan rendah diri dalam hadis tersebut merujuk pada konteks ketika melihat sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Islam, yang jelas dan nyata. Padahal dia mengetahui apa yang telah menjadi kebenaran. Lalu dengan dalih dirinya yang lemah atau semacamnya, ia pun memilih diam.

Dari hadits tersebut, dapat diketahui bahwa seorang Muslim diperintahkan untuk membela kebenaran di berbagai lini. Derajat yang paling tinggi adalah seseorang mengubah kebatilan menjadi kebenaran dengan tangannya. Jika ia tidak mampu, maka dengan lidahnya. Jika ia tidak mampu, maka ia menyangkal kepalsuan dalam hatinya sambil mengharapkan kemenangan.

Dalam hadits riwayat lain, Nabi SAW juga memberi pesan penting tentang seperti apa orang kuat yang sebenarnya. Orang kuat dalam pandangan Rasulullah SAW bukanlah yang berotot atau kekar, atau semacamnya. Tetapi adalah mereka yang mencapai tujaun dengan penuh kesungguhan. Adapun seperti apa orang lemah, juga dijelaskan dalam hadits berikut ini.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:

الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ

"Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta 'ala daripada orang mukmin yang lemah. Pada masing-masing (mereka) memang terdapat kebaikan. Capailah dengan sungguh-sungguh apa yang berguna bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah Azza wa Jalla dan janganlah kamu menjadi orang yang lemah. Bila kamu tertimpa suatu kegagalan, maka janganlah kamu berkata 'Seandainya tadi saya berbuat begini dan begitu, niscaya tidak akan menjadi begini dan begitu'. Tetapi katakanlah 'Ini sudah takdir Allah dan apa yang dikehendaki-Nya pasti akan dilaksanakan-Nya. Karena sesungguhnya ungkapan kata 'law' (seandainya) akan membukakan jalan bagi godaan setan.'" (HR. Muslim)

 

sumber : Islam Web / Dorar Net
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement