GenpOp.id -- Tak kenal maka tak sayang. Mungkin kalimat ini patut dibubuhkan di sini sebelum menguraikan bagaimana sejarah pasar saham di dunia dan Indonesia. Namun sebagai pendahuluan, akan dipaparkan gambaran pertumbuhan jumlah investor saham di Indonesia.
Kini investasi saham di Indonesia mengalami pertumbuhan pesat. Bahkan jumlah investor saham yang tercatat itu didominasi oleh kalangan generasi muda di bawah usia 30 tahun.
Pertumbuhan Investor Saham
Mengutip laporan Republika.co.id, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, selama 2022, jumlah investor di pasar modal mencapai 10,3 juta berdasarkan single investor identification (SID). Realisasi ini tumbuh 37,53 persen dibandingkan periode sama tahun 2021.
Sejak 2020 pertumbuhan jumlah investor mengalami kenaikan lebih dari 2,5 juta setiap tahunnya. Lalu per 28 Desember 2022, menembus 10,3 juta single investor identification.
Bahkan, jumlah investor tersebut didominasi oleh investor berusia di bawah 30 tahun. Tercatat, sepanjang 2022, sebanyak 58,74 persen investor sudah mulai melek investasi sejak usia dini.
Urutan kedua dihuni kelompok investor berusia 31 sampai 40 tahun dengan jumlah sebanyak 22,47 persen dengan total aset Rp 118,09 triliun.
Lalu, 10,85 persen investor berusia 41 sampai 50 tahun dengan total aset Rp 177,54 triliun, 5,22 persen investor berusia 51 sampai 60 tahun dengan total aset Rp 250,10 triliun, dan 2,77 persen investor berusia lebih dari 60 tahun dengan total aset Rp 947,36 triliun.
Jika ditotal, aset dari keseluruhan 10,3 juta investor tersebut mencapai Rp 1.574 triliun.
Sejarah Pasar Saham di Dunia
Munculnya ide pasar saham awalnya tercetus di Amsterdam pada abad ke-17, sekitar tahun 1611. Dikutip dari laman vinansia.com, disebutkan bahwa saat itu Kerajaan Belanda yang sudah melakukan praktik kolonialisme dan perdagangan antarbenua sudah melakukan praktik tersebut.
Gagasan itu berawal dari terbentuknya sebuah perusahaan bernama The Dutch East India. Perusahaan tersebut menjadi perusahaan publik pertama yang berharap memilki tambahan modal untuk operasional perusahaanya. Akhirnya, perusahaan tersebut berinisiatif menawarkan saham mereka ke sejumlah investor.
Kemudian, dari situlah terbentuk sebuah pasar modal atau bursa saham pertama di Belanda. Saat itu perusahaan The Dutch East India masih menjadi satu-satunya perusahaan yang menjual sahamnya di pasar modal tersebut.
Dari situlah sejumlah negara di Eropa mulai membentuk perusahaan dan pasar modalnya sendiri. Namun, di awal-awal perdagangan banyak investor yang tidak melalukn analisis perusahaan yang akan dibeli sahamnya. Hal ini mengakibatkan adanya ketidakstabilan ekonomi di sejumlah negara. Terutama di Inggris.
Gelombang pasar saham ini pun masuk hingga ke Amerika Serikat. Pada tahun 1700, sekelompok kecil pedagang di negeri Paman Sam tersebut membuat sebuah kelompok. Kelompok ini bertemu setiap hari untuk membeli dan menjual saham dan obligasi. Kelompok itulah yang menjadi cikal bakal Bursa Efek New York (NYSE).
Kapan Pasar Modal Masuk Indonesia?
Adapun sejarah pasar modal di Indonesia, jika dilihat dari perjalanan sejarahnya, maka ini sebetulnya sudah dimulai sejak sebelum kemerdekaan RI. Dikutip dari laman IDX, bahwa secara historis, pasar modal di Indonesia telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka.
Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Saat itu pasar modal didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman.
Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. []