REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan resesi Jepang berpotensi mendongkrak investasi yang masuk ke Indonesia.
Meski kondisi ekonomi Jepang berpengaruh terhadap Indonesia, menimbang hubungan ekonomi antarkedua negara, Airlangga menilai masih terdapat celah investasi yang bisa berdampak positif terhadap Indonesia.
“Biasanya kalau dalam waktu resesi, mereka butuh pertumbuhan ekonomi dan mereka akan melihat regional yang masih bisa tumbuh adalah ASEAN. Jadi, justru dengan resesi di sana, saya berharap investasi dari sana akan semakin mengalir,” kata Airlangga, di Jakarta, Senin (19/2/2024).
Ekonomi Jepang diketahui tergelincir ke dalam resesi, setelah dua kuartal mengalami kontraksi pada kuartal ketiga dan keempat tahun lalu, demikian tunjuk data pemerintah Jepang pada Kamis (15/2).
Ekonomi negara itu menyusut pada tingkat tahunan sebesar 0,4 persen pada periode Oktober-Desember, karena daya belanja yang lemah, ungkap data tersebut. Produk domestik bruto (PDB) riil, nilai total barang dan jasa yang diproduksi di Jepang, menyusut 0,1 persen dari kuartal sebelumnya, menurut angka awal pemerintah.
Sementara Jepang merupakan negara tujuan ekspor Indonesia terbesar ke-4 sepanjang 2023 dengan total transaksi mencapai 18,8 miliar dolar Amerika Serikat (AS).
Jepang juga menduduki posisi ke-4 sebagai negara asal investasi utama di Indonesia dengan investasi sebesar 4,63 miliar dolar AS pada 2023.
Dalam kesempatan terpisah, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan pemerintah tengah berupaya menyelesaikan berbagai perundingan dagang dalam perdagangan internasional untuk mengantisipasi perlambatan ekonomi di Jepang.
Menurut dia, Satgas Peningkatan Ekspor tengah berfokus memperluas akses pasar dengan mendorong penyelesaian perundingan perjanjian khususnya Indonesia-EU CEPA.
Satgas juga mengupayakan peningkatan ekspor terhadap 12 negara baru prioritas tujuan ekspor Indonesia, yaitu Arab Saudi, Belanda, Brasil, Chile, China, Filipina, India, Kenya, Korea Selatan, Meksiko, UEA, dan Vietnam.
Dia menyebutkan bahwa komoditas ekspor yang akan diprioritaskan ke negara-negara tersebut adalah ikan dan olahan ikan, sarang burung walet, kelapa dan kelapa olahan, kopi dan rempah olahan, bahan nabati dan margarin, kakao, makanan olahan, serta bungkil dan pakan ternak.
Lalu, semen, produk kimia, karet dan produk dari karet, kulit dan produk dari kulit, pulp dan kertas, tekstil dan produk tekstil (TPT) dan alas kaki, logam mulia dan perhiasan, mesin-mesin, elektronik, otomotif, furnitur, serta mainan juga termasuk dalam produk prioritas ekspor tersebut.
Kendati begitu, Susiwijono memastikan perekonomian Indonesia masih resilien dengan capaian pertumbuhan yang solid di tengah disrupsi ekonomi global akibat ancaman resesi Jepang.