REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan korban jiwa dalam serangan Israel menjadi 29 ribu orang. Menandai titik terbaru serangan paling mematikan dalam konflik Israel-Palestina.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersumpah melanjutkan serangan sampai meraih "kemenangan total" menghadapi Hamas, menimbulkan kekhawatiran pasukannya akan segera bergerak ke Rafah di mana lebih setengah dari 2,3 juta populasi Gaza mengungsi mencari tempat perlindungan.
Pada Senin (19/2/2024) Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan dalam 24 jam terakhir terdapat 107 jenazah yang dibawa ke rumah sakit-rumah sakit yang masih tersisa. Sehingga total kematian dalam serangan Israel sejak awal Oktober lalu menjadi 29.092 orang.
Kementerian tidak membedakan korban sipil maupun kombatan dalam catatannya. Tapi mengatakan dua pertiga dari korban tewas merupakan perempuan dan anak-anak. Kementerian menambahkan korban luka mencapai 69 ribu orang.
Kementerian Kesehatan Gaza dikelola Hamas tapi angka-angka dari perang sebelumnya di Gaza sesuai dengan angka lembaga-lembaga PBB dan independen maupun Israel sendiri. Serangan udara, laut dan darat Israel sebagai balasan serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober lalu.
Israel mengklaim Hamas membunuh 1.200 orang dan menculik 240 lainnya dalam serangan tersebut. Tanpa memberikan bukti Israel mengaku telah membunuh 10 ribu lebih milisi Hamas. Militer Israel juga mengaku menghindari melakukan warga sipil dan menyalahkan Hamas atas tingginya korban jiwa.
Militer Israel mengatakan 236 tentaranya tewas dalam pertempuran di Gaza. Belum terdapat tanda-tanda serangan Israel yang mendorong 80 persen populasi Gaza mengungsi akan segera berakhir. Pejabat PBB mengatakan serangan Israel juga mengakibatkan seperempat dari populasi Gaza kelaparan.
Anggota kabinet perang Netanyahu, Benny Gantz mengancam serangan akan diperluas ke Rafah bila sandera yang masih ditawan belum dibebaskan pada awal bulan suci Ramadhan yang diperkirakan dimulai pada 10 Maret mendatang.