REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta memastikan tidak ada lonjakan kasus demam berdarah dengue (DBD) hingga Februari 2024 di wilayah setempat seiring meluasnya cakupan nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia. "Kasus demam berdarah sampai dengan Februari 2024 tercatat ada sembilan. Kematian tidak ada," kata Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit, Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Dinkes Kota Yogyakarta Lana Unwanah di Yogyakarta, Selasa (20/2/2024).
Lana menuturkan kasus DBD di Kota Yogyakarta terus mengalami tren penurunan sejak teknologi nyamuk ber-Wolbachia diterapkan. Sepanjang 2023 total kasus DBD di Kota Yogyakarta tercatat 88 kasus, menurun drastis jika dibandingkan 2016 mencapai 1.705 kasus saat awal teknologi nyamuk ber-Wolbachia diterapkan.
"Tentunya hasil yang sudah bagus ini tetap menjadi kewaspadaan kita semua. Masyarakat tetap harus memperhatikan lingkungan," kata dia.
Lana mengakui keberadaan populasi nyamuk Aedes aegypti tidak bisa dimusnahkan di Kota Yogyakarta, namun karena sebagian besar nyamuk telah mengandung bakteri Wolbachia maka tidak akan bisa menyebabkan penyakit DBD. Berdasarkan hasil pemantauan terbaru dari Tim Pusat Kedokteran Tropis Universitas Gadjah Mada (UGM), dia menyebutkan cakupan populasi nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia di masing-masing kecamatan di Kota Yogyakarta sudah mencapai di atas 90 persen.
Dengan tingginya cakupan populasi nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia serta rendahnya kasus DBD di Kota Yogyakarta, dia mengatakan upaya pemberantasan DBD sejak Januari hingga Februari 2024 belum membutuhkan 'fogging' atau pengasapan.
"Tapi anggaran untuk 'fogging' tetap kami siapkan untuk jaga-jaga jika dibutuhkan. Asalkan memenuhi syarat tetap kami lakukan," kata dia.
Mengingat saat ini masih musim hujan, dia meminta masyarakat tetap menggencarkan gerakan 3M untuk mencegah penyakit DBD yakni menguras bak mandi, menutup tempat penampungan air, mengubur dan mendaur ulang barang bekas tidak terpakai yang menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.
"Semua warga, minimal satu orang di setiap rumah memperhatikan masalah kebersihan, juga di sekolah karena nyamuk Aedes aegypti ini menggigitnya siang hari saat anak-anak di sekolah, termasuk di tempat-tempat umum," kata dia.
Selain itu, dia memastikan Dinkes Kota Yogyakarta melalui petugas puskesmas di setiap kecamatan akan melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) terhadap 20 rumah di sekitar kasus DBD ditemukan.
"Penyelidikan epidemiologi kepada 20 rumah di sekitar kasus selalu kami lakukan untuk mengetahui apakah ada penderita DBD lain atau yang bergejala ke arah sana," ucap Lana.