REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Hampir setiap Muslim mengetahui bahwa Nabi Muhammad SAW menikahi Khadijah sebagai pendamping hidup. Dari wanita itu, Nabi Muhammad memiliki sejumlah anak, di antaranya adalah Fatimah az-Zahra, yang kemudian dinikahkan dengan sahabat Ali bin Abi Thalib.
Khadijah membersamai Rasulullah hingga akhir hayat. Setelah itu, Nabi Muhammad menghadapi berbagai cobaan yang dahsyat, yang mungkin belum tentu dapat dihadapi orang biasa.
Bayangkan, ketika khusyuk beribadah di Masjidil Haram, tiba-tiba Nabi Muhammad dilempar kotoran najis sehingga ibadahnya menjadi batal. Dan ketika itu, tak ada lagi pendamping hidup yang sehebat Khadijah membersamai sang Nabi.
Putra Abdullah dirundung kesedihan yang dahsyat, sehingga Allah menurunkan Malaikat Jibril untuk menjemputnya, dan memandu sang nabi melakukan perjalanan spiritual menuju masjid nun jauh (Masjid al Aqsa) dan lanjut menghadap Allah.
Sang idaman pertama
Namun siapa sangka, sebelum Khadijah binti Khuwailid, ternyata ada wanita yang pertama kali dicintai Nabi Muhammad. Dia adalah gadis yang sejak kecil sudah disaksikan Rasulullah, bahkan ikut membersamai Rasulullah tumbuh dewasa.
Wanita itu bernama Fakhitah binti Abi Thalib. Dia adalah putri paman Nabi, Abu Thalib, sepupu Nabi Muhammad. Sejarah mencatat wanita itu dipanggil dengan sebutan Ummu Hani’.
Ketika beranjak dewasa, Nabi Muhammad sungguh mencintainya. Dia bahkan sempat mendatangi Abu Thalib untuk melamar wanita itu, tapi sang paman menolak lamaran Muhammad.
Sang Paman lebih memilih menikahkan Ummu Hani dengan seorang pria dari Bani Makhzum untuk mempertahankan hubungan baik dengan kelompok tersebut. Boleh dibilang ini merupakan pernikahan politis. Pernikahan yang pada mulanya tidak didasari oleh cinta yang tulus.
Pria itu bernama Hubayroh. Dari pernikahan itu, Ummu Hani memiliki empat orang anak. Kelak mereka tumbuh dewasa dan menyaksikan Nabi Muhammad berdakwah dan membangun perubahan besar di Hijaz.
Lihat halaman berikutnya >>>