Selasa 20 Feb 2024 16:46 WIB

Kelurahan di Bandung yang Telah Olah Sampah Organik dengan Maggot Capai 125 Daerah

Total sampah organik yang sudah diolah dengan maggotisasi mencapai 377 ton.

Rep: Antara/ Red: Arie Lukihardianti
Warga mengolah sampah organik menggunakan metode karung ember kompos (Kang Empos) di halaman rumahnya di Tongkeng, Bandung, Jawa Barat, Jumat (8/12/2023). Pemerintah Kota Bandung mulai menerapkan kebijakan di 135 TPS Kota Bandung untuk tidak lagi menerima sampah organik dan anorganik atau hanya menerima sampah residu. Saat ini, Pemerintah Kota Bandung melalui DLHK Kota Bandung mendorong pengolahan sampah mulai dari skala rumah tangga guna mengurangi volume sampah yang dibuang di TPS maupun TPA. Salah satunya ialah penggunaan karung ember kompos (Kang Empos) untuk membuat kompos dari sampah organik atau sampah dapur.
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Warga mengolah sampah organik menggunakan metode karung ember kompos (Kang Empos) di halaman rumahnya di Tongkeng, Bandung, Jawa Barat, Jumat (8/12/2023). Pemerintah Kota Bandung mulai menerapkan kebijakan di 135 TPS Kota Bandung untuk tidak lagi menerima sampah organik dan anorganik atau hanya menerima sampah residu. Saat ini, Pemerintah Kota Bandung melalui DLHK Kota Bandung mendorong pengolahan sampah mulai dari skala rumah tangga guna mengurangi volume sampah yang dibuang di TPS maupun TPA. Salah satunya ialah penggunaan karung ember kompos (Kang Empos) untuk membuat kompos dari sampah organik atau sampah dapur.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG---- Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung menyebutkan sebanyak 125 kelurahan di kota telah mengolah sampah organik dengan memanfaatkan maggot. Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung Dudy Prayudi, saat ini sampah organik sudah tidak boleh dibuang ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat, sehingga pengolahan harus diperbanyak dari hulu.

"Pada Januari 2024, dari 151 kelurahan di Kota Bandung, sudah ada 125 kelurahan yang mengoperasikan rumah maggot. Total sampah organik yang sudah diolah dengan maggotisasi mencapai 377 ton," ujar Dudy di Bandung, Selasa, (20/2/2024).

Baca Juga

Dudy menargetkan rumah produksi maggot mampu mengolah 1 ton sampah organik per hari di setiap kelurahan. Sehingga, total sebanyak 151 ton sampah per hari bisa berkurang jika semua kelurahan aktif mengoperasikan rumah produksi maggot.

"Namun, maggot itu siklusnya 35 hari sehingga penambahan kapasitasnya perlu waktu. Rencananya kami akan bantu sediakan mesin bubur untuk mengolah sampah organik, sehingga bisa mempercepat pengolahan oleh maggot," katanya.

Selain itu, kata dia, pihaknya juga akan menyuplai maggot ukuran besar dari kawasan bebas sampah (KBS) ke rumah produksi maggot di seluruh kelurahan agar peningkatan pengolahan sampah organik bisa lebih cepat dilakukan.

"Kami juga mendorong hotel, restoran, kafe di sekitar rumah maggot untuk menyuplai sampah organik ke rumah maggot yang ada di kelurahannya,” kata dia.

Sementara itu, Sekretaris Daerah Kota Bandung Ema Sumarna menyampaikan bahwa pemerintah kota terus melakukan edukasi kepada warga agar mampu mengolah sampah dari sumbernya sebagai upaya untuk mengurangi timbulan sampah yang dibuang ke TPA.

"Edukasi dan sosialisasi terus kita lakukan. Secara bertahap itu mendorong pemikiran soal sampah yang berubah. Dari masyarakat yang tadinya hanya membuang sampah, sekarang jadi mengolah sampah,” kata Ema.

Ema berharap dengan berbagai langkah yang dilakukan pemerintah kota itu mampu mengubah pemikiran masyarakat untuk mengatasi permasalahan sampah rumah tangga secara mandiri.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement