Selasa 20 Feb 2024 17:00 WIB

Jepang dan Inggris Resesi, Menkeu: Sudah Lama Ekonominya Melemah

Jepang menjadi salah satu tujuan utama ekspor bagi Indonesia.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Lida Puspaningtyas
Menteri Keuangan Sri Mulyani (tengah) memberikan keterangan terkait Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Kita 2023 di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (15/12/2023). Sri Mulyani menyebutkan APBN mengalami defisit Rp35 triliun sampai 12 Desember 2023 akibat realisasi belanja negara lebih besar dari realisasi pendapatan negara.
Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Menteri Keuangan Sri Mulyani (tengah) memberikan keterangan terkait Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Kita 2023 di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (15/12/2023). Sri Mulyani menyebutkan APBN mengalami defisit Rp35 triliun sampai 12 Desember 2023 akibat realisasi belanja negara lebih besar dari realisasi pendapatan negara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menanggapi soal resesi yang terjadi di Jepang dan Inggris. Ia mengatakan, tahun ini pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara maju akan cukup tertekan.

"Tahun ini beberapa lembaga memang menyampaikan, kinerja dari perekonomian negara-negara maju akan cukup tertekan. Itu karena kenaikan suku bunga di berbagai negara tersebut cukup tinggi dalam waktu yang sangat singkat," jelasnya kepada wartawan di Jakarta, Selasa (20/2/2024).

Baca Juga

Maka, lanjutnya, pasti memengaruhi kinerja perekonomian berbagai negara itu. Dampaknya, banyak negara terutama negara anggota G7 diproyeksikan cenderung melemah.

Kondisi tersebut, kata dia, menjadi tantangan bagi lingkungan global dan Indonesia. "Jadi nanti kita lihat, minggu depan saya menghadiri G20 di Brazil, pasti nanti ada update mengenai kondisi perekonomian global," tutur Sri Mulyani.

Ia melanjutkan, beberapa negara yang mengalami resesi, sudah lama perekonomiannya lemah. Sri Mulyani menyebutkan, kemungkinan salah satunya karena perang di Ukraina yang berpengaruh terhadap berbagai negara di Eropa.

"Tapi juga Jepang dan Eropa secara general juga akan terpengaruh oleh kebijakan ekonomi. Terutama suku bunga naik," tuturnya.

Sebelumnya, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyoroti resesi yang terjadi di Jepang dan Inggris. Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi dalam dua kuartal berturut-turut memberikan sinyal Jepang dan Inggris akan masuk ke resesi secara teknik.

Mencermati kondisi tersebut, pemerintah menyatakan terus melakukan monitoring atau pengawasan terhadap dampak transmisi perlambatan ekonomi global terhadap perekonomian nasional, khususnya Jepang. Dikatakan, Indonesia memiliki hubungan kerja sama yang baik dengan Jepang, seperti pada aspek investasi dan ekspor-impor.

Jepang menjadi salah satu tujuan utama ekspor bagi Indonesia dengan komoditas utama ekspor batubara, komponen elektronik, nikel dan otomotif. Tercatat, ekspor Indonesia ke Jepang sepanjang 2023 berada pada peringkat keempat dengan total mencapai 18,8 miliar dolar AS.

Sementara Foreign Direct Investment (FDI) Jepang ke Indonesia pada 2023 juga berada pada peringkat keempat. Total nilainya sebesar 4,63 miliar dolar AS.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement