REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bullying atau biasa disebut dengan perundungan bisa terjadi pada kalangan usia anak-anak hingga remaja. Hal ini sering terjadi di sekolah tempat para siswa mencari ilmu tetapi juga menjadi tempat yang sering terjadinya bullying.
Bullying adalah perilaku tak menyenangkan baik secara verbal, fisik ataupun sosial di dunia nyata maupun dunia maya. Perilaku yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok itu membuat seseorang merasa tidak nyaman, sakit hati dan tertekan. Seperti yang dilakukan anak seorang artis (VR) yang melakukan tindakan bullying di sekolahnya.
“Penyebab Bullying bisa beragam, faktor utamanya biasanya disebabkan kesenjangan antara pelaku dan korban berupa fisik, kecerdasan, gender, kemampuan finansial, dan status sosial. Di samping itu, bullying yang saat ini sedang tren terjadi kemungkinan dipicu oleh adanya “challenge” yang dibuat oleh perkumpulan remaja sebagai syarat untuk masuk dalam kelompok tersebut,” Kata Dr Ridholloh Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus Pengamat Pendidikan Nasional, ketika diwawancarai via Whatsapp, Selasa (20/2/2024).
Selain itu, maraknya sebagian perkumpulan antar-remaja yang memang dibuat bertujuan negatif, di mana mereka sedang dalam tahap pencarian jati diri ini secara psikologis membuat individu yang mungkin sebelumnya tidak berani melakukan kekerasan mendadak berubah menjadi pemberani.
Dr Ridholloh menjelaskan bahwa motif tindakan kekerasan yang dilakukan seorang anak kemungkinan besar dipicu oleh faktor lingkungan. Misalnya, kekerasan dalam rumah tangga. Seorang anak yang pernah mengalami tindakan kurang menyenangkan berpotensi akan melakukan hal yang serupa di tempat yang berbeda. Peran orang tua juga memiliki peran penting terhadap pergaulan anak. Pada dasarnya pelaku bullying hanya butuh bimbingan dan arahan serta wadah untuk melepaskan emosi untuk mencegah perilaku bullying.
“Mencegahnya bisa dimulai dengan memberikan edukasi tentang ragam perilaku yang masuk kategori bullying berikut sanksi yang akan diterima bila melanggarnya. Kemudian, hendaknya membiasakan diri untuk melaporkan setiap tindak kekerasan baik kekerasan fisik atau verbal di sekolah maupun tempat lain,” kata Dr Ridholloh.
Dr Ridholloh juga mengatakan, nilai-nilai perdamaian kasih sayang antar sesama melalui tayangan tayangan menarik yang dibungkus dalam moderasi beragama bisa membuat mereka terinspirasi betapa indahnya hidup dengan damai dan menerima perbedaan secara rill nyata, tidak melulu melalui teks atau ceramah keagamaan.