REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Durasi tidur bagi setiap orang bisa bervariasi, kendati ada anjuran ideal, yaitu sekitar delapan jam setiap harinya. Bagaimana jika kurang dari itu?
Sebuah studi baru menunjukan bahwa wanita paruh baya yang tidur kurang dari lima jam setiap malam memiliki kemungkinan 75 persen lebih besar untuk menderita gagal jantung atau strok. Para ilmuwan di University of Pittsburgh, AS melacak hampir 3.000 wanita berusia 42 hingga 52 tahun selama 16 tahun.
Setiap tahun selama hampir dua dekade, para wanita tersebut menyelesaikan survei tentang tidur mereka. Hal ini termasuk waktu rata-rata mereka tidur setiap malam dan pertanyaan soal insomnia.
Mereka juga mengisi kuesioner kesehatan untuk mencatat penyakit atau masalah yang sedang terjadi. Analisis data mengungkapkan bahwa wanita yang rutin tidur kurang dari lima jam per malam memiliki kemungkinan 75 persen lebih besar untuk menderita sejumlah masalah kardiovaskular, termasuk strok, serangan jantung, gagal jantung, dan penyakit arteri koroner.
Menariknya, hubungan ini tetap ada bahkan ketika faktor-faktor lain yang berpotensi berkontribusi turut diperhitungkan, seperti indeks massa tubuh dan kondisi kesehatan yang mendasarinya. Para ilmuwan mengatakan hal ini mungkin terjadi karena terlalu sedikit tidur dapat meningkatkan tekanan darah dan memicu resistensi insulin, sehingga meningkatkan risiko kerusakan pembuluh darah.
Mereka juga memperingatkan bahwa hal itu meningkatkan risiko obesitas, yang diketahui berdampak pada kesehatan jantung. Hal ini karena deregulasi hormon rasa lapar dan kenyang dalam tubuh.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) merekomendasikan untuk tidur tujuh hingga sembilan jam setiap malam. Namun, survei menunjukkan bahwa satu dari tiga orang dewasa sering gagal mencapai target tersebut. Di antara wanita paruh baya, survei menunjukkan sekitar setengahnya tidak mampu mendapatkan waktu tidur tujuh jam yang direkomendasikan setiap malam.
Dikutip dari Daily Mail, Selasa (20/2/2024), wanita pada kelompok usia ini sudah berisiko lebih tinggi terkena penyakit jantung. Penurunan kadar estrogen setelah menopause dapat menyebabkan pembuluh darah menjadi lebih kaku sehingga mengganggu aliran darah ke jantung.