Selasa 20 Feb 2024 23:53 WIB

Ada Gelombang Resesi, Susunan Kabinet Baru Jadi Kunci Atasi Tantangan Ekonomi Global

Kebijakan yang terintegrasi dan saling bersinergi akan menjadi krusial.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ahmad Fikri Noor
Seorang tunawisma atau homeless tidur di kantung tidur di Oxford Street, London, Inggris, 11 Januari 2024.
Foto: EPA-EFE/TOLGA AKMEN
Seorang tunawisma atau homeless tidur di kantung tidur di Oxford Street, London, Inggris, 11 Januari 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Mohammad Faisal mengatakan kondisi ekonomi dunia saat ini kurang kondusif. Faisal menyampaikan resesi Jepang dan Inggris hanya di antara perlambatan pertumbuhan secara global yang terjadi di banyak negara.

"Indonesia sebetulnya lebih resilient dari banyak negara dalam menghadapi kondisi global. Tetapi tetap saja, sedikit-banyak ada dampaknya ke dalam negeri," ujar Faisal saat dihubungi Republika di Jakarta, Selasa (20/2/2024).

Baca Juga

Faisal menyampaikan ketangguhan ekonomi Indonesia tak lepas dari karakteristik model ekonomi yang tidak terlalu bergantung dengan ekspor. Hal ini berbeda dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Vietnam yang langsung mengalami dampak signifikan akibat ketidakstabilan ekonomi global. 

"Karakteristik ekonomi Indonesia yang keterkaitannya dengan global relatif lebih rendah dan pasar dalam negeri yang kuat itu yang sebabkan resiliensi," ucap Faisal.

Faisal menyebut sejumlah faktor lain yang akan menguatkan ekonomi Indonesia yakni bauran kebijakan ke depan, baik dari sisi fiskal, moneter, dan riil. Faisal menilai bauran kebijakan ini sangat tergantung dengan kompetensi para menteri di kabinet yang baru. 

Kendati begitu, Faisal mengatakan kompetensi individual bukan satu-satunya kunci ekonomi Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian global. Faisal menyampaikan kebijakan yang terintegrasi dan saling bersinergi akan menjadi krusial dalam menjaga ekonomi Indonesia ke depan. 

"Walau secara individu ada figur menteri yang kuat di tim ekonomi, tapi kalau tidak bisa memaksimalkan kerja sama dengan kementerian, DPR, pemda, itu membuat efektivitas kebijakan tidak optimal. Itu PR besar untuk pemerintahan ke depan," kata Faisal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement