REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyumbang kematian tertinggi pada ibu hamil. Selain itu, pendarahan dan infeksi juga rawan merenggut nyawa ibu hamil.
Apa yang membuat hipertensi berbahaya bagi ibu hamil? Dokter dari Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, Agustina Nurmala, mengatakan ibu hamil bisa kejang dan berisiko terjadinya persalinan prematur.
"Yang ketiga adalah bisa terjadinya komplikasi-komplikasi yang lain," ujar dr Agustina dalam "Penyebab Darah Tinggi pada Ibu Hamil, Ini yang Harus Dilakukan!" yang disiarkan Kementerian Kesehatan di Jakarta, Rabu (21/2/2024).
Komplikasi tersebut, menurut dr Agustina, antara lain hambatan dalam pertumbuhan janin, sindrom, bahkan kematian. Menurutnya, penyebab hipertensi saat mengandung tersebut ada dua, yaitu karena ibu tersebut memang punya tekanan darah tinggi sebelum hamil atau mendapat penyakit tersebut saat hamil, yang juga dikenal sebagai hipertensi gestasional.
Hipertensi yang muncul saat hamil, lanjut dr Agustina, dapat terjadi karena sejumlah faktor seperti memang hipertensi pada awalnya atau ibu itu hamil pada masa-masa dengan risiko tinggi, misalnya di usia lebih dari 35 tahun. Selain itu riwayat proses melahirkan secara sesar, diabetes mellitus, atau penyakit-penyakit tertentu.
"Jika memang dia dari awalnya hanya ada hipertensi kronis, dia memang tidak akan sembuh, karena dari awalnya ibu hamil itu sudah ada hipertensi. Yang bisa kita lakukan adalah mengontrol tensinya lagi ketika dia sudah selesai bersalin. Tapi jika dia hipertensi gestasional, dia biasanya akan pulih setelah 12 minggu pasca-melahirkan," katanya.
Dokter Agustina mengatakan apabila sudah hipertensi kemudian hamil, maka perlu waspada dan melakukan sejumlah langkah guna mengatasinya. Pastikan agar calon ibu memeriksakan kehamilannya teratur.
"Terus dia harus mengontrol tensinya dalam batas yang adekuat, yang disarankan oleh dokter, lalu jaga pola makan dan gaya hidupnya," kata dr Agustina.