Kamis 22 Feb 2024 13:27 WIB

65 Persen Muslim Indonesia Dukung Boikot Produk Terafiliasi Israel

Kesadaran boikot tak hanya terjadi pada Muslim tapi juga non-Muslim.

Rep: Santi Sopia/ Red: Friska Yolandha
Boikot produk Israel.
Foto: Reuters
Boikot produk Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang dikeluarkan sebagai respons terhadap krisis Gaza pada November 2023, telah mencapai tingkat kesadaran yang signifikan di kalangan masyarakat Indonesia. Riset Populix menemukan bahwa 65 persen responden muslim menyatakan kepatuhan mereka terhadap Fatwa MUI No. 83 tentang Hukum Dukungan untuk perjuangan Palestina.

"Seruan boikot ini sangat kuat, sehingga kesadaran atas fatwa ini tak hanya dari umat Muslim, tapi juga non-Muslim," kata Vivi Zabkie, Head of Social Research Populix, dikutip Kamis (22/2/2024).

Baca Juga

Bahkan, responden non-Muslim pun menyatakan dukungan mereka atas boikot. Hal ini mungkin terjadi karena isu ini adalah tentang kemanusiaan yang tidak mengenal sekat agama. 

Pascaeskalasi terkini konflik Gaza, gerakan global untuk memboikot produk sebagai bentuk protes terhadap dampak hilangnya nyawa manusia telah mendapatkan momentum. Gerakan boikot ini mendapatkan dukungan luas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. 

Responden menyatakan bahwa motivasi utama di balik niat untuk patuh terhadap fatwa tersebut adalah untuk menunjukkan solidaritas dengan Palestina, mengekspresikan respon terhadap isu kemanusiaan, serta sebagai bentuk protes terhadap agresi militer Israel.

Menurut hasil studi Populix yang berjudul “Understanding Public Sentiment on the Boycotts Movement Amid the Palestine-Israel Dispute”, keberadaan Fatwa MUI ini sudah mencapai tingkat kesadaran yang tinggi hingga mencapai 94 persen di kalangan masyarakat Indonesia, baik di kalangan masyarakat Muslim maupun non-Muslim.

Di sisi lain, dampak dari gerakan boikot ini sudah mulai dirasakan oleh perusahaan dan juga merek yang dikaitkan mempunyai afiliasi dengan Israel. Pada kuartal-IV 2023, McDonald's menghadapi penurunan total pendapatan secara global sebesar 4 persen jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Salah satu waralaba restoran terbesar di dunia ini menjadi salah satu target dari gerakan boikot.

Penurunan penjualan terjadi pada....

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement