Kamis 22 Feb 2024 20:02 WIB

Jepang Resesi, Pemerintah Lebih Cermat Terbitkan Surat Utang

Ekonomi Jepang tercatat mengalami kontraksi 0,1 persen pada kuartal IV 2023.

Red: Lida Puspaningtyas
Indonesia akan lebih cermat dalam menerbitkan surat utang global.
Foto: Republika
Indonesia akan lebih cermat dalam menerbitkan surat utang global.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Suminto mengatakan, pihaknya saat ini akan lebih cermat dalam menerbitkan surat utang global dengan mempertimbangkan resesi ekonomi yang dialami Jepang dan Inggris.

Dalam dua kuartal terakhir, ekonomi Jepang tercatat mengalami kontraksi sebesar minus 0,8 persen pada kuartal III 2023, dan minus 0,1 persen pada kuartal IV 2023. Hal yang sama juga dialami Inggris yang tercatat mengalami kontraksi minus 0,1 persen pada kuartal III 2023 dan minus 0,3 persen pada kuartal IV 2023.

Baca Juga

“Kami akan terus prudent, terukur, fleksibel dan opportunistic dalam penerbitan utang, kita akan betul-betul melihat, situasi terkait dengan market maupun perekonomian global dan domestik,” kata Suminto saat konferensi pers APBN KiTa di Jakarta, Kamis.

Mempertimbangkan kondisi ekonomi negara-negara maju tersebut, khususnya Jepang, pemerintah saat ini lebih berhati-hati dalam menerbitkan surat utang global. Resesi Jepang dinilai mempengaruhi pemerintah dalam menyesuaikan penerbitan Samurai Bond.

"Termasuk perkembangan perekonomian Jepang tadi, kita akan menerbitkan Samurai Bond, tentu sekali lagi kita akan mencermati karena salah satu prinsip penerbitan kita adalah untuk menerbitkan dengan cost of fund minimal, atau yang terbaik dengan risiko yang acceptable," ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Menteri Keuangan RI Suahasil Nazara menyampaikan bahwa pemerintah berharap perekonomian Jepang akan kembali ke dalam teritori positif. Hal tersebut karena Jepang merupakan mitra penting bagi Indonesia dalam hal investasi asing (FDI).

Berdasarkan proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF), perekonomian Jepang dapat bertumbuh 0,9 persen tahun ini. Sedangkan perekonomian Inggris diproyeksikan akan kembali menguat di teritori positif sekitar 0,6 persen.

"Nah jadi kita berharap kontraksi-kontraksi di Jepang dan Inggris itu sifatnya temporary, dan kita lihat bagaimana situasi di 2024 ini," pungkasnya.

Adapun Indonesia sendiri mengalami pertumbuhan ekonomi 5,05 persen secara kumulatif (c-to-c) sepanjang 2023. Secara tahunan, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 5,04 persen (yoy) dihitung dari kuartal IV 2022.

Pencapaian kinerja ekonomi tahun ini melampaui proyeksi sebelumnya yang mencatat ekonomi Indonesia sebesar 5,03 persen pada 2023. Dengan kinerja tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi salah satu yang tertinggi di dunia.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif lebih tinggi dengan inflasi yang lebih rendah dibandingkan negara lain. Dari segi pertumbuhan ekonomi, Indonesia mengungguli Malaysia (3,77 persen), Meksiko (3,10 persen), dan Spanyol (2,50 persen).

Namun masih berada di bawah China (5,20 persen), Filipina (5,57 persen) dan Uzbekistan (6 persen). Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tercatat 5,05 persen sejajar dengan Vietnam yang juga mencatatkan angka yang sama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement