Kamis 22 Feb 2024 20:49 WIB

Beras Premium Makin Mahal, Pemerintah Belum Ada Rencana Relaksasi HET Beras

Pemerintah terus mengupayakan peningkatan stok beras dari Bulog ke ritel.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Fuji Pratiwi
Pengunjung membeli beras kualitas premium di salah satu supermarket di Jakarta, Ahad (18/2/2024).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pengunjung membeli beras kualitas premium di salah satu supermarket di Jakarta, Ahad (18/2/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah belum ada rencana untuk merelaksasi Harga Eceran Tertinggi (HET) dalam merespon kenaikan harga beras.

 

Baca Juga

Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan, hingga saat ini tidak ada pembicaraan untuk mengubah HET beras. "Belum ada pembicaraan (melonggarkan)," ujar Arief kepada Republika, Kamis (22/2/2024).

Permintaan relaksasi HET beras ini beberapa kali disampaikan oleh para pedagang dan peritel di tengah melonjaknya harga beras. Sebab, sebagian ritel modern diketahui tidak menjual beras premium karena harganya melebihi HET. 

Namun demikian, pemerintah terus mengupayakan peningkatan ketersediaan stok beras dari Bulog, terutama SPHP dapat memenuhi permintaan ritel modern. "Retail sedang kita penuhi, beras komersial dan dibantu beras komersial Bulog" ujar dia.

Sebelumnya, permintaan relaksasi HET disampaikan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) dalam merespons kenaikan harga beras. Hal ini karena peritel sudah tidak memungkinkan menjual beras dengan HET saat  ini.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement