Kamis 22 Feb 2024 22:51 WIB

Warga Bogor Diimbau Waspada Penyakit Demam Berdarah yang Mulai Marak

Pemkot Bogor minta warga menerapkan pola 3M plus untuk mencegah demam berdarah.

Red: Qommarria Rostanti
Nyamuk Aedes aegypti sebagai penyebab penyakit demam berdarah dengue (DBD). Pemkot Bogor minta warga mewaspadai kasus demam berdarah yang mulai marak.
Foto: www.freepik.com
Nyamuk Aedes aegypti sebagai penyebab penyakit demam berdarah dengue (DBD). Pemkot Bogor minta warga mewaspadai kasus demam berdarah yang mulai marak.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUPATEN BOGOR -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor, Jawa Barat, mengimbau warganya untuk mewaspadai penyakit Demam Berdarah Dengue atau DBD. Pasalnya penyakit tersebut mulai marak di sejumlah wilayah.

"Demam berdarah sudah mulai menyerang masyarakat di sejumlah daerah, termasuk Kabupaten Bogor. Maka penting bagi warga untuk waspada," ungkap Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Bogor Adang Mulyana di Cibinong, Bogor, Kamis (22/2/2024).

Baca Juga

Ia meminta warga agar menerapkan pola 3M plus untuk mencegah penyakit demam berdarah, yaitu dengan menguras bak mandi, menutup tempat penampungan air, mengubur dan mendaur ulang barang bekas tidak terpakai yang menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti. Menurut dia, kasus demam berdarah di Kabupaten Bogor cukup memprihatinkan.

Selama tahun 2023 bahkan menyebabkan empat orang meninggal dunia. Saat itu penyakit demam berdarah di Kabupaten Bogor mencapai 1.555 kasus.

Meski begitu, kata dia, angka kasus demam berdarah di Kabupaten Bogor tercatat menurun, jika dibandingkan dengan tahun 2021 yang mencapai 2.220 kasus dan tahun 2022 sebanyak 1.954 kasus. "Untuk jumlah meninggalnya di dua tahun ke belakang itu lebih banyak. Seperti 2021 itu tercatat 22 orang meninggal dan 2022 itu 14 orang meninggal dunia," katanya.

Adang juga menjelaskan potensi peningkatan kasus DBD justru sering terjadi di bulan-bulan penghujan dan wilayah Kabupaten Bogor memiliki potensi tersebut. "Kalau kita lihat trennya itu Oktober, November, Desember, hingga Maret itu tinggi dan turun lagi di April. Mudah-mudahan kasusnya terus berkurang ya,” kata Adang.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement