REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin, menyebut mulai banyak tokoh yang ancang-ancang maju di Pilkada DKI 2024 ini bukanlah sesuatu yang mengherankan. Menurut Ujang, menjadi gubernur DKI akan menjadikan nilai tawar seorang pemimpin jadi lebih tinggi ketimbang kepala daerah lainnya.
Di mana dalam tiga Pilpres terakhir yakni 2014, 2019, 2024 selalu ada yang memiliki rekam jejak sebagai mantan gubernur dan mantan wakil gubernur DKI Jakarta. "DKI kan bergengsi, DKI punya magnet tersendiri, oleh karena itu menjadi gubernur DKI itu diperebutkan oleh banyak figur, banyak tokoh. Karena gubernur DKI itu jadi batu loncatan untuk menjadi capres," kata Ujang, Jumat (23/2/2024).
Menjadikan posisi Gubernur DKI sebagai batu loncatan untuk menjadi capres dilakukan pertama kali oleh Presiden Joko Widodo. Ia maju di Pilkada DKI 2012 lalu. Baru dua tahun menjabat Jokowi maju di Pilpres 2014 karena menjadi Gubernur DKI membuat elektabilitas Jokowi tinggi. Pada akhirnya Jokowi terpilih menjadi presiden dua periode.
Berikutnya pada 2019, giliran Sandiaga Uno yang saat itu menjabat wakil gubernur DKI maju di Pilpres. Sandiaga maju menjadi cawapres mendampingi Prabowo Subianto. Namun kala itu Prabowo-Sandi kalah.
Teranyar adalah Anies Baswedan yang memiliki elektabilitas tinggi karena menjabat Gubernur DKI selama lima tahun. "Siapapun yang punya kapasitas silakan bersaing untuk Pilkada DKI. Soal nanti kalah menang, warga Jakarta memilih atau tidak, itu urusan lain," ucap Ujang.
Nama anyar yang memberi kode maju di Pilgub DKI adalah mantan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Sebelum RK, ada nama Ahmad Sahroni, Erick Thohir dan Tri Rismaharini.