Jumat 23 Feb 2024 20:24 WIB

Cahaya Allah Lebih Dahsyat daripada Cahaya Matahari dan Bulan

Cahaya juga bermanfaat bagi proses pertumbuhan tanaman.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Amal baik karena Allah SWT (ilustrasi)
Foto: republika
Amal baik karena Allah SWT (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kita semua tahu bahwa cahaya salah satu fungsinya adalah menerangi suatu benda atau tempat. Cahaya juga bermanfaat bagi proses pertumbuhan tanaman. Manusia pun membutuhkan cahaya karena menjadi sumber energi.

Cahaya matahari dan bulan menjadikan bumi dan seisinya tidak gelap gulita. Sinarnya akan sangat bermanfaat bagi makhluk hidup di bumi ini. Namun sejatinya ada cahaya yang lebih dahsyat dari cahaya matahari dan bulan yakni Nur Allah.

Baca Juga

Mengenai Nur Allah ini termaktub dalam Surah an-Nur ayat 35. Di situ dijelaskan bagaimana Nur Allah itu bekerja untuk alam raya ini. Berikut bunyinya:

اَللّٰهُ نُوْرُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ مَثَلُ نُوْرِهٖ كَمِشْكٰوةٍ فِيْهَا مِصْبَاحٌۗ اَلْمِصْبَاحُ فِيْ زُجَاجَةٍۗ اَلزُّجَاجَةُ كَاَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُّوْقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُّبٰرَكَةٍ زَيْتُوْنَةٍ لَّا شَرْقِيَّةٍ وَّلَا غَرْبِيَّةٍۙ يَّكَادُ زَيْتُهَا يُضِيْۤءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌۗ نُوْرٌ عَلٰى نُوْرٍۗ يَهْدِى اللّٰهُ لِنُوْرِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَيَضْرِبُ اللّٰهُ الْاَمْثَالَ لِلنَّاسِۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ۙ

Allāhu nūrus-samāwāti wal-arḍ(i), maṡalu nūrihī kamisykātin fīhā miṣbāḥ(un), al-miṣbāḥu fī zujājah(tin), az-zujājatu ka'annahā kaukabun durriyyuy yūqadu min syajaratim mubārakatin zaitūnatil lā syarqiyyatiw wa lā garbiyyah(tin), yakādu zaituhā yuḍī'u wa lau lam tamsashu nār(un), nūrun ‘alā nūr(in), yahdillāhu linūrihī may yasyā'(u), wa yaḍribullāhul-amṡāla lin-nās(i), wallāhu bikulli syai'in ‘alīm(un).

Artinya: "Allah (pemberi) cahaya (pada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya seperti sebuah lubang (pada dinding) yang tidak tembus518) yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca (dan) tabung kaca itu bagaikan bintang (yang berkilauan seperti) mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat,519) yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis). Allah memberi petunjuk menuju cahaya-Nya kepada orang yang Dia kehendaki. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."

Tafsir tahlili dalam Quran Kemenag menerangkan bahwa ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah adalah pemberi cahaya pada langit dan bumi dan semua yang ada pada keduanya. Cahaya yang diberikan Allah kepada alam semesta ini sangat besar faedahnya. 

Menurut tafsir tersebut, cahaya Allah ini bukan sembarang cahaya dan tak ada bandingannya. Ia sangat istimewa. Tidak seperti cahaya matahari dan bulan yang hanya menyinari bumi dan isinya namun cahaya Allah lebih dari itu yaitu menyinari alam lahiriyah dan batiniyah. Artinya manusia yang mendapatkan pancaran cahaya Nur Allah tidak akan tersesat kepada jalan yang dilarang oleh Allah Swt.

Ketika Imam Syafi'i bertanya kepada gurunya Waki' tentang hafalannya yang tidak pernah mantap dan sering lupa, sang guru menasihatinya agar menjauhi dari segala perbuatan maksiat. Sebab ilmu merupakan Nur Ilahi. Dan Nur Ilahi tidak akan diberikan kepada orang yang berbuat maksiat.

Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar menjelaskan ayat tersebut menggambarkan bahwa Allah adalah cahaya dari seluruh alam ini. Hamka mengatakan Nur Allah bukan sekadar menerangi alama raya dan isinya melainkan juga bisa memancarkan cahaya kepada jiwa manusia yang akan berdampak kepada perilaku mereka ke arah yang baik.

 

 

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement