Jumat 23 Feb 2024 22:46 WIB

Kemenparekraf Arahkan Pemda Gunakan Data untuk Promosi Pariwisata

Pembaharuan strategi pemasaran dengan menggunakan data harus dilakukan.

Red: Fuji Pratiwi
Suasana festival 1000 Tenda Kaldera di Desa Meat, Balige, Toba, Sumatera Utara, Sabtu (25/6/2022).
Foto: ANTARA/Fransisco Carolio
Suasana festival 1000 Tenda Kaldera di Desa Meat, Balige, Toba, Sumatera Utara, Sabtu (25/6/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Direktur Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenparekraf Dwi Marhen Yono, menekankan kepada setiap Dinas Pariwisata di seluruh Indonesia untuk bisa menggunakan daya dalam mengembangkan potensi wisata daerahnya.

"Pembaharuan strategi dengan menggunakan data dalam memasarkan pariwisata juga harus dilakukan. Hal ini berdasarkan riset dan perhitungan yang nyata dari perkembangan pariwisata di Indonesia," kata Dwi Marhen di Pontianak, Jumat (23/2/2024).

Baca Juga

Hal tersebut disampaikan saat Rapat Koordinasi Pemasaran Pariwisata yang dihadiri seluruh kepala dinas Pariwisata se-Indonesia yang dilaksanakan di Kalimantan Barat ini sangat strategis. Hal ini bertujuan untuk menyamakan persepsi dalam mengelola dan memasarkan pariwisata dari tiap daerah yang majemuk.

Menurut dia, Rakornas Pemasaran Pariwisata yang dilaksanakan di Kalbar tahun ini merupakan yang pertama kali di Indonesia. Hal ini penting, karena banyak strategi pariwisata antara daerah satu dengan daerah lainnya, semua ini harus terintegrasi.

Ia juga menyebutkan, pembaharuan strategi dengan menggunakan data dalam memasarkan pariwisata juga harus dilakukan. Hal ini berdasarkan riset dan perhitungan yang nyata dari perkembangan pariwisata di Indonesia.

"Jadi misalnya wisatawan Nusantara tidak dari orang lagi, jadi yang dihitung pergerakan handphone. Yang dihitung bergerak dari satu kabupaten ke kabupaten lain, minimal tinggal enam jam di wilayah tersebut dan tidak lebih dari tiga kali, karena kalau lebih dari tiga kali, itu bukan wisatawan tapi disebut pekerja," katanya.

Karena harapannya, kata dia, ada uang yang berputar, sehingga semua pihak harus menyamakan persepsi agar persoalan kepariwisataan di Indonesia, secara linier.

"Contoh survei pada tahun 2022 orang datang untuk berwisata ke Indonesia karena ingin melihat indahnya alam. Tapi tahun 2024 ini sudah berubah, yang pertama sekarang karena kuliner, kedua kultur seni dan budaya, ketiga kegiatan keempat baru alam, sehingga ini penting strategi kita harus kita update agar sama persepsinya dan tepat sasaran," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement